Inilah Sosok Utuh Si Nyentrik Muamar Qadafi - Qadafi berbeda dengan sejumlah pemimpin Arab yang digulingkan. Umumnya mereka di anggap sebagai boneka Amerika.
Sepanjang tahun 2000-an, konferensi tingkat tinggi Liga Arab terganggu dengan gaya nyentrik pemimpin Libya Muamar Qadafi. Secara implisit para pemimpin Arab menunjukkan kekesalannya terhadap ulah Qadafi. Misalnya di ruangan AC, ia menyalakan rokok dan mengembuskan asapnya ke wajah pemimpin Arab yang duduk di sebelahnya.
Beberapa kali ia pun menghina pemimpin negara-negara Teluk dan pemimpin Palestina. Qadafi menyebut dirinya sebagai ‘raja dari para raja Afrika’. “Saya adalah pemimpin internasional, pemimpin dari para pemimpin Arab, raja dari para raja Afrika, dan imam kaum Muslim. Dan dengan status internasional itu, saya tidak mungkin turun,” ujar Qadafi dengan percaya diri.
Pernyataan itu disampaikan kepada khalayak pada 30 Maret 2009, termasuk Raja Abdullah dari Arab Saudi. Ketika itu ia merebut mikrofon dari Raja Abdullah. Insiden itu ditulis dalam sebuah artikel dengan judul, “Qadafi Tinggalkan Konferensi Setelah Menyerang Raja Saudi”.
Bukan cuma Liga Arab, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun mengalami keeksentrikan Qadafi. Dalam rapat Majelis Umum pada 2010 lalu, dia berpidato selama satu seperempat jam. Padahal, cuma diberi waktu sepuluh menit. Bahkan, dia berpidato sambil menyobeknyobek Piagam PBB.
Amerika Serikat pun pernah dibikin repot saat Qadafi berkunjung ke New York untuk menghadiri sebuah pertemuan beberapa kepala negara. Saat itu Qadafi memaksa agar diperbolehkan menginap di lantai pertama. Dia menolak dipindahkan ke kamarnya dengan alasan tidak mampu naik lebih dari 35 langkah. Qadafi juga mengatakan sangat bergantung pada stafnya, empat perawat asal Ukraina.
Penampilannya dan gaya berbusananya selalu menjadi pusat perhatian. Ia memilih sendiri pakaian yang akan dikenakannya dalam event-event penting. Qadafi cenderung me milih pakaian kasual yang me mi liki simbol-simbol benua Afrika atau pakaian kebesaran militer sehingga terlihat menyolok dan menjadi pusat perhatian.
Penampilannya berbeda dengan sejumlah pemimpin lainnya. Ia selalu menyedot perhatian media massa karena penampilannya yang agak aneh. Misalnya, senang tidur di tenda Bedouin yang dikawal oleh lusinan perempuan cantik yang menguasai seni bela diri sekaligus terampil menggunakan senjata berat. Perempuan itu disebut Garda Amazon.
Qadafi memiliki 40 ‘perawan bergincu’ dengan senjata terkokang dan selalu siap berada di sekelilingnya. Dayangdayang penjaga ini mengenakan kacamata keluaran desainer ternama, memakai bot militer berhak tinggi, dan mengenakan seragam kamuflase. Tapi, jangan mudah tertipu. Meski tampil cantik dan seksi, semua perempuan ini adalah pembunuh terlatih.
Mereka lulusan Women’s Military Academy yang didirikan Qadafi di Tripoli pada 1979 silam. Akademi ini dibentuknya sebagai simbol emansipasi wanita. “Saya berjanji kepada ibu untuk memperbaiki kondisi perempuan di Libya,” ujar Qadafi.
Di blok akademi bergaya Sparta, ada sekitar 100 perempuan yang dilatih teknik membunuh ala pasukan elite siang dan malam selama tiga tahun. Mereka dibangunkan setiap pu kul 04.30, kemudian melaku kan pemanasan dengan joging selama satu setengah jam. Lulusan terbaik dari akademi itu dijuluki ‘biarawati revolusionis’. Mereka tak pernah menikah dan mendedikasikan hidupnya sepenuhnya pada ide Revolusi 1969 yang dilakukan Qadafi. Mereka dilarang berhubungan seks dan bersumpah untuk melindungi Qadafi, bila perlu hingga ajal menjemput. Misalnya, yang terjadi pada 1998. Seorang bodyguard bernama Aisha melemparkan dirinya ke arah Qadafi ketika seorang militan menyerbu iring-iringan ken daraan Qadafi. Serentetan peluru menewaskan Aisha dan dua rekan lainnya. Namun, Qadafi selamat tanpa tergores sedikit pun. Jadi, jangan ragukan kemampuan para perempuan ini da lam menyediakan perlindungan.
Selama 42 tahun berkuasa, ada beberapa pengawal atau orang dekatnya yang mengkhianati Qadafi. Namun, tak ada satu pun pengawal perempuannya yang tercatat demikian.
Sesungguhnya, pada dekade 1990-an, Libya mulai rujuk dengan Barat. Qadafi tak lagi tahan hidup terisolasi dan banyak mu suh, baik dari Barat, Arab, mau pun Afrika. Puncaknya pada 2003, saat Qadafi melucuti semua senjata penghancur massal milik Libya. Sejak saat itu hubungan Libya membaik, termasuk dengan AS.
Bahkan semasa George W Bush berkuasa pada 2006, AS mengumumkan Libya tak lagi masuk daftar negara berbahaya. Proyek dan investasi asing pun mulai mengalir kembali ke Libya. Hingga Februari 2011, sebenarnya tak ada lagi berita sensasional tentang Qadafi dan rezimnya. Dia sepertinya tak mau cari gara-gara dengan dunia luar. Ia bahkan se sekali diundang ke Barat dan ber pidato di Sidang Majelis Umum PBB di New York pada 2009.
Sang kolonel juga mengunjungi Perdana Menteri Silvio Berlusconi di Italia pada 2010.
Khadafi pun akrab dengan man tan perdana menteri Inggris Tony Blair. Disebut-sebut, Qadafi tak lagi tertarik pada nasionalisme Arab setelah beberapa kali gagal mewujudkan persatuan Arab. Kini, perhatiannya justru pada solidaritas sesama negara Afrika. Itu sebabnya, sejumlah pemimpin Afrika mengangkat Qadafi sebagai ketua Uni Afrika periode 2009/2010.
Sampailah pada angin revolusi yang berembus ke dunia Arab da ri Tunisia pada Desember 2010. Saat itu Libya tidak berada da lam urutan teratas daftar negara berikutnya yang akan diterjang revolusi.
Betul, ia memang penguasa otoriter yang berkuasa 42 tahun, tetapi dia tidak dipandang sebagai boneka Barat. Berbeda dengan beberapa pemimpin negaranegara Arab lainnya yang ditu ding mementingkan kepentingan Barat daripada rakyatnya sendiri.
Qadafi masih membagi-bagikan kekayaan untuk rakyat. Tetapi, sulit membantah bahwa dia membagibagikan kekayaan itu untuk membeli kesetiaan rakyatnya daripada mendorong persamaan hak. Antara lain, ayah delapan anak itu mensponsori pekerjaan umum yang besar, seperti proyek pengadaan air buatan manusia. Dikenal dengan nama Klik Great Man-Made River yang memasok air segar ke negara gurun Libya.
Bahkan, ada juga program Tripoli Spring. Maksudnya, memberikan pemahaman kepada warga Libya di pengasingan bahwa mereka bisa pulang ke tanah air tanpa diadili atau dipenjara. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Ternyata revolusi yang berlangsung di negara tetangga nya memengaruhi rakyat Libya untuk berbuat hal yang sa ma. Mun cul gagasan kebebasan serta kemung kinan mengguling kan Qadafi dari singgasana ke kua saannya selama empat dekade.
Ya, seperti halnya menjatuhkan Husni Mubarak sebagai presiden Mesir dan menggulingkan Ben Ali di Tunisia. Godaan itu terlalu kuat untuk dibendung rakyat Libya, terutama di Libya bagian timur.
Maka, mulailah terjadi pergolakan dari Benghazi di Libya Timur. Media massa pun memperlihatkan anak-anak muda Libya menghancurkan monolitmonolit Buku Hijau di luar gedung pemerintah yang menggambarkan doktrin pembebasan model Qadafi. Ia mengisyaratkan akan membalas pemberontakan itu dengan segala kemampuannya agar tetap berkuasa. Tak ada catatan sedikit pun bahwa dia akan menyerahkan kekuasaan.
Ffebruari 2011 lalu menghabisi rakyat yang menentangnya. Bekas men te rinya yang membelot, Abdul Fattah Younis al Abidi, mengata kan Qadafi adalah pemimpin ke ras kepala yang lebih memilih bunuh diri atau dibunuh daripada menyerah.
Kamis (20/10) menjadi hari nahasnya. Ia meregang nyawa setelah digempur pasukan gabungan NATO dan pasukan oposisi Libya. Berakhirlah era Picasso politik Timur Tengah. Komandan gerakan revolusi Al-Fateh 1969 meng alami nasib yang lebih tra gis daripada Raja Idris yang digulingkannya.
Dari SINGA AFRIKA Sampai ANJING GILA
Pangkatnya memang baru kapten, tetapi pemikiran dan keberaniannya tak kalah daripada jenderal. Usai memimpin kudeta tak berdarah pada awal September 1969, Qadafi yang menyingkirkan kekuatan lama, Raja Idris, langsung melakukan perubahan besar-besaran.
Kerajaan Libya dibubarkan. Dia membentuk Republik Sosialis Arab dengan nama resmi Republik Rakyat Sosialis Agung Jamahiriya Arab Libya. Bendera nasional pun diganti, dari gabungan warna merah, hitam, dan hijau dengan lambang bintang dan bulan sabit di tengah-tengah, menjadi warna hijau polos. Itulah satu-satunya bendera sebuah negara yang hanya satu warna dan tak ada variasi atau lambang lain.
Qadafi juga tak menyatakan ia sebagai presiden atau raja. Pada awalnya, dia hanya menyebut dirinya sebagai seorang ‘brother leader’dan pemandu revolusi. Memang sempat juga menjabat sebagai perdana menteri pada kurun waktu 1970–1972.
Sebagai pemimpin yang masih sangat muda, Qadafi telah menunjukkan kepada bangsa Arab sebuah perubahan radikal sedang bergerak di negerinya. Sistem pemerintahan Libya pun dirombak total. Menurut kajian Library of Congress pada 1987 berjudul “Government and Politics of Libya”, Libya dipimpin dua pilar utama yang disebut dengan sektor.
Salah satu pilar, yaitu Sektor Revolusioner, terdiri atas Qadafi sebagai pemimpin Revolusi, Komite Revolusi, dan Dewan Komando Revolusi, yang beranggotakan 12 orang. Mereka inilah inti kekuasaan di Libya karena para komite dan dewan tidak dipilih, tetapi ditunjuk. Namun, tidak disebutkan masa jabatannya.
Pilar lain adalah Sektor Jamahiriyah. Sektor ini merupakan Kongres Rakyat yang mewakili 1.500 wilayah dan 32 anggota Kongres Rakyat Sha’biyat. Mereka dilihat sebagai lembaga legislatif. Para anggotanya dipilih setiap empat tahun.
Sejak 1972, junta militer Qadafi melarang partai politik. Media massa nasional pun dibelenggu supaya tidak memengaruhi pemikiran rakyat untuk kritis terhadap pemerintahannya. Selanjutnya, pada 1975, ia menerbitkan buku panduan ideologi bagi pejabat dan rakyat Libya. Dia menyebutnya sebagai Kitab Hijau atau Green Book, yang diterbitkan dalam bahasa Arab.
Sikap anti-Baratnya kental. Dia menjadi sponsor gerakan antiimperialisme dan zionisme. Ia pun memiliki mimpi mempersatukan negara-negara Arab dalam Pan Arabisme dan mempersatukan negara-negara Afrika dalam Pan Afrika.
Mimpinya tentang Arab bersatu dipengaruhi gagasan presiden pertama Mesir, Gamal Abdul Nasser. Qadafi berniat meneruskan Pan Arabisme yang dirintis presiden pertama Mesir itu. Maka, dua tahun setelah Nasser wafat pada 18 September 1970, Qadafi menggagas pendirian Federasi Republik-Republik Arab yang meliputi Libya, Mesir, dan Suriah. Tapi, ide itu gagal. Dia mencoba lagi pada 1972 dengan menggandeng Tunisia, tapi usaha itu pun sirna karena tak mendapatkan dukungan. Qadafi juga dikenal sebagai seorang antagonis.
Berkat ide-idenya melawan Barat dan tabiatnya yang suka berkelahi dengan pihak-pihak yang berbeda pandangan dengannya, ia pun mendapatkan julukan Singa Afrika. Misalnya, saat baru berkuasa, pada 1969, Libya berperang dengan Chad. Perang Libya-Chad berakhir pada 1994 melalui keputusan Mahkamah Pengadilan Internasional. Libya juga sempat baku tembak dengan Mesir selama beberapa hari pada 1977.
Saat itu, Qadafi kesal dengan manuver presiden Mesir saat itu, Anwar Sadat, yang berdamai dengan Israel setelah keduanya terlibat perang pada Oktober 1973. Qadafi memang sangat anti-Israel. Qadafi juga berang dengan Mesir karena melindungi dua perwira Libya pelaku rencana kudeta atas dirinya pada 1975. Konflik Libya-Mesir yang berlangsung empat hari akhirnya berakhir setelah ditengahi oleh Aljazair.
Sang kolonel ini pun jengkel dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), pimpinan Yasser Arrafat. Pada 1995, Qadafi mengusir 30.000 warga Palestina dari Libya setelah setahun sebelumnya, PLO menggelar kesepakatan damai dengan Israel.
Dia dibenci Barat karena dianggap mensponsori kelompok teroris. Qadafi pun dicap menjadi rezim berbahaya karena dituding mengembangkan senjata penghancur massal untuk menandingi musuhnya di Barat.
Sang kolonel pun harus berhadapan dengan sang koboi. Presiden AS Ronald Reagan, yang mantan bintang film serial cerita koboi, menjuluki Qadafi sebagai anjing gila. Reagan bukan cuma mengancam, melainkan juga langsung memerintahkan tentara Amerika Serikat menyerang Kota Tripoli dan Kota Benghazi.
Peristiwa serangan bom itu terjadi pada 14 April 1986. Serangan itu dilakukan dengan alasan agen-agen Libya lebih dahulu meledakkan sebuah klab malam di Berlin, Jerman, pada 5 April 1986. Insiden itu membunuh tiga orang dan melukai 229 lainnya. Dari jumlah itu, lebih dari 50 orang di antaranya adalah tentara Amerika.
Dua tahun kemudian, terjadi tragedi peledakan atas pesawat Pan American yang terbang di langit Lockerbie, Skotlandia. Ratusan penumpang dan awak pesawat tewas. Agen Libya dituduh terlibat dalam aksi itu. Setelah sempat menyangkal, Qadafi akhirnya bersedia menerima tanggung jawab tragedi di Lockerbie. Ia pun membayar uang duka kepada keluarga korban. ( republika.co.id )
Sepanjang tahun 2000-an, konferensi tingkat tinggi Liga Arab terganggu dengan gaya nyentrik pemimpin Libya Muamar Qadafi. Secara implisit para pemimpin Arab menunjukkan kekesalannya terhadap ulah Qadafi. Misalnya di ruangan AC, ia menyalakan rokok dan mengembuskan asapnya ke wajah pemimpin Arab yang duduk di sebelahnya.
Beberapa kali ia pun menghina pemimpin negara-negara Teluk dan pemimpin Palestina. Qadafi menyebut dirinya sebagai ‘raja dari para raja Afrika’. “Saya adalah pemimpin internasional, pemimpin dari para pemimpin Arab, raja dari para raja Afrika, dan imam kaum Muslim. Dan dengan status internasional itu, saya tidak mungkin turun,” ujar Qadafi dengan percaya diri.
Pernyataan itu disampaikan kepada khalayak pada 30 Maret 2009, termasuk Raja Abdullah dari Arab Saudi. Ketika itu ia merebut mikrofon dari Raja Abdullah. Insiden itu ditulis dalam sebuah artikel dengan judul, “Qadafi Tinggalkan Konferensi Setelah Menyerang Raja Saudi”.
Bukan cuma Liga Arab, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun mengalami keeksentrikan Qadafi. Dalam rapat Majelis Umum pada 2010 lalu, dia berpidato selama satu seperempat jam. Padahal, cuma diberi waktu sepuluh menit. Bahkan, dia berpidato sambil menyobeknyobek Piagam PBB.
Amerika Serikat pun pernah dibikin repot saat Qadafi berkunjung ke New York untuk menghadiri sebuah pertemuan beberapa kepala negara. Saat itu Qadafi memaksa agar diperbolehkan menginap di lantai pertama. Dia menolak dipindahkan ke kamarnya dengan alasan tidak mampu naik lebih dari 35 langkah. Qadafi juga mengatakan sangat bergantung pada stafnya, empat perawat asal Ukraina.
Penampilannya dan gaya berbusananya selalu menjadi pusat perhatian. Ia memilih sendiri pakaian yang akan dikenakannya dalam event-event penting. Qadafi cenderung me milih pakaian kasual yang me mi liki simbol-simbol benua Afrika atau pakaian kebesaran militer sehingga terlihat menyolok dan menjadi pusat perhatian.
Penampilannya berbeda dengan sejumlah pemimpin lainnya. Ia selalu menyedot perhatian media massa karena penampilannya yang agak aneh. Misalnya, senang tidur di tenda Bedouin yang dikawal oleh lusinan perempuan cantik yang menguasai seni bela diri sekaligus terampil menggunakan senjata berat. Perempuan itu disebut Garda Amazon.
Qadafi memiliki 40 ‘perawan bergincu’ dengan senjata terkokang dan selalu siap berada di sekelilingnya. Dayangdayang penjaga ini mengenakan kacamata keluaran desainer ternama, memakai bot militer berhak tinggi, dan mengenakan seragam kamuflase. Tapi, jangan mudah tertipu. Meski tampil cantik dan seksi, semua perempuan ini adalah pembunuh terlatih.
Mereka lulusan Women’s Military Academy yang didirikan Qadafi di Tripoli pada 1979 silam. Akademi ini dibentuknya sebagai simbol emansipasi wanita. “Saya berjanji kepada ibu untuk memperbaiki kondisi perempuan di Libya,” ujar Qadafi.
Di blok akademi bergaya Sparta, ada sekitar 100 perempuan yang dilatih teknik membunuh ala pasukan elite siang dan malam selama tiga tahun. Mereka dibangunkan setiap pu kul 04.30, kemudian melaku kan pemanasan dengan joging selama satu setengah jam. Lulusan terbaik dari akademi itu dijuluki ‘biarawati revolusionis’. Mereka tak pernah menikah dan mendedikasikan hidupnya sepenuhnya pada ide Revolusi 1969 yang dilakukan Qadafi. Mereka dilarang berhubungan seks dan bersumpah untuk melindungi Qadafi, bila perlu hingga ajal menjemput. Misalnya, yang terjadi pada 1998. Seorang bodyguard bernama Aisha melemparkan dirinya ke arah Qadafi ketika seorang militan menyerbu iring-iringan ken daraan Qadafi. Serentetan peluru menewaskan Aisha dan dua rekan lainnya. Namun, Qadafi selamat tanpa tergores sedikit pun. Jadi, jangan ragukan kemampuan para perempuan ini da lam menyediakan perlindungan.
Selama 42 tahun berkuasa, ada beberapa pengawal atau orang dekatnya yang mengkhianati Qadafi. Namun, tak ada satu pun pengawal perempuannya yang tercatat demikian.
Sesungguhnya, pada dekade 1990-an, Libya mulai rujuk dengan Barat. Qadafi tak lagi tahan hidup terisolasi dan banyak mu suh, baik dari Barat, Arab, mau pun Afrika. Puncaknya pada 2003, saat Qadafi melucuti semua senjata penghancur massal milik Libya. Sejak saat itu hubungan Libya membaik, termasuk dengan AS.
Bahkan semasa George W Bush berkuasa pada 2006, AS mengumumkan Libya tak lagi masuk daftar negara berbahaya. Proyek dan investasi asing pun mulai mengalir kembali ke Libya. Hingga Februari 2011, sebenarnya tak ada lagi berita sensasional tentang Qadafi dan rezimnya. Dia sepertinya tak mau cari gara-gara dengan dunia luar. Ia bahkan se sekali diundang ke Barat dan ber pidato di Sidang Majelis Umum PBB di New York pada 2009.
Sang kolonel juga mengunjungi Perdana Menteri Silvio Berlusconi di Italia pada 2010.
Khadafi pun akrab dengan man tan perdana menteri Inggris Tony Blair. Disebut-sebut, Qadafi tak lagi tertarik pada nasionalisme Arab setelah beberapa kali gagal mewujudkan persatuan Arab. Kini, perhatiannya justru pada solidaritas sesama negara Afrika. Itu sebabnya, sejumlah pemimpin Afrika mengangkat Qadafi sebagai ketua Uni Afrika periode 2009/2010.
Sampailah pada angin revolusi yang berembus ke dunia Arab da ri Tunisia pada Desember 2010. Saat itu Libya tidak berada da lam urutan teratas daftar negara berikutnya yang akan diterjang revolusi.
Betul, ia memang penguasa otoriter yang berkuasa 42 tahun, tetapi dia tidak dipandang sebagai boneka Barat. Berbeda dengan beberapa pemimpin negaranegara Arab lainnya yang ditu ding mementingkan kepentingan Barat daripada rakyatnya sendiri.
Qadafi masih membagi-bagikan kekayaan untuk rakyat. Tetapi, sulit membantah bahwa dia membagibagikan kekayaan itu untuk membeli kesetiaan rakyatnya daripada mendorong persamaan hak. Antara lain, ayah delapan anak itu mensponsori pekerjaan umum yang besar, seperti proyek pengadaan air buatan manusia. Dikenal dengan nama Klik Great Man-Made River yang memasok air segar ke negara gurun Libya.
Bahkan, ada juga program Tripoli Spring. Maksudnya, memberikan pemahaman kepada warga Libya di pengasingan bahwa mereka bisa pulang ke tanah air tanpa diadili atau dipenjara. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Ternyata revolusi yang berlangsung di negara tetangga nya memengaruhi rakyat Libya untuk berbuat hal yang sa ma. Mun cul gagasan kebebasan serta kemung kinan mengguling kan Qadafi dari singgasana ke kua saannya selama empat dekade.
Ya, seperti halnya menjatuhkan Husni Mubarak sebagai presiden Mesir dan menggulingkan Ben Ali di Tunisia. Godaan itu terlalu kuat untuk dibendung rakyat Libya, terutama di Libya bagian timur.
Maka, mulailah terjadi pergolakan dari Benghazi di Libya Timur. Media massa pun memperlihatkan anak-anak muda Libya menghancurkan monolitmonolit Buku Hijau di luar gedung pemerintah yang menggambarkan doktrin pembebasan model Qadafi. Ia mengisyaratkan akan membalas pemberontakan itu dengan segala kemampuannya agar tetap berkuasa. Tak ada catatan sedikit pun bahwa dia akan menyerahkan kekuasaan.
Ffebruari 2011 lalu menghabisi rakyat yang menentangnya. Bekas men te rinya yang membelot, Abdul Fattah Younis al Abidi, mengata kan Qadafi adalah pemimpin ke ras kepala yang lebih memilih bunuh diri atau dibunuh daripada menyerah.
Kamis (20/10) menjadi hari nahasnya. Ia meregang nyawa setelah digempur pasukan gabungan NATO dan pasukan oposisi Libya. Berakhirlah era Picasso politik Timur Tengah. Komandan gerakan revolusi Al-Fateh 1969 meng alami nasib yang lebih tra gis daripada Raja Idris yang digulingkannya.
Dari SINGA AFRIKA Sampai ANJING GILA
Pangkatnya memang baru kapten, tetapi pemikiran dan keberaniannya tak kalah daripada jenderal. Usai memimpin kudeta tak berdarah pada awal September 1969, Qadafi yang menyingkirkan kekuatan lama, Raja Idris, langsung melakukan perubahan besar-besaran.
Kerajaan Libya dibubarkan. Dia membentuk Republik Sosialis Arab dengan nama resmi Republik Rakyat Sosialis Agung Jamahiriya Arab Libya. Bendera nasional pun diganti, dari gabungan warna merah, hitam, dan hijau dengan lambang bintang dan bulan sabit di tengah-tengah, menjadi warna hijau polos. Itulah satu-satunya bendera sebuah negara yang hanya satu warna dan tak ada variasi atau lambang lain.
Qadafi juga tak menyatakan ia sebagai presiden atau raja. Pada awalnya, dia hanya menyebut dirinya sebagai seorang ‘brother leader’dan pemandu revolusi. Memang sempat juga menjabat sebagai perdana menteri pada kurun waktu 1970–1972.
Sebagai pemimpin yang masih sangat muda, Qadafi telah menunjukkan kepada bangsa Arab sebuah perubahan radikal sedang bergerak di negerinya. Sistem pemerintahan Libya pun dirombak total. Menurut kajian Library of Congress pada 1987 berjudul “Government and Politics of Libya”, Libya dipimpin dua pilar utama yang disebut dengan sektor.
Salah satu pilar, yaitu Sektor Revolusioner, terdiri atas Qadafi sebagai pemimpin Revolusi, Komite Revolusi, dan Dewan Komando Revolusi, yang beranggotakan 12 orang. Mereka inilah inti kekuasaan di Libya karena para komite dan dewan tidak dipilih, tetapi ditunjuk. Namun, tidak disebutkan masa jabatannya.
Pilar lain adalah Sektor Jamahiriyah. Sektor ini merupakan Kongres Rakyat yang mewakili 1.500 wilayah dan 32 anggota Kongres Rakyat Sha’biyat. Mereka dilihat sebagai lembaga legislatif. Para anggotanya dipilih setiap empat tahun.
Sejak 1972, junta militer Qadafi melarang partai politik. Media massa nasional pun dibelenggu supaya tidak memengaruhi pemikiran rakyat untuk kritis terhadap pemerintahannya. Selanjutnya, pada 1975, ia menerbitkan buku panduan ideologi bagi pejabat dan rakyat Libya. Dia menyebutnya sebagai Kitab Hijau atau Green Book, yang diterbitkan dalam bahasa Arab.
Sikap anti-Baratnya kental. Dia menjadi sponsor gerakan antiimperialisme dan zionisme. Ia pun memiliki mimpi mempersatukan negara-negara Arab dalam Pan Arabisme dan mempersatukan negara-negara Afrika dalam Pan Afrika.
Mimpinya tentang Arab bersatu dipengaruhi gagasan presiden pertama Mesir, Gamal Abdul Nasser. Qadafi berniat meneruskan Pan Arabisme yang dirintis presiden pertama Mesir itu. Maka, dua tahun setelah Nasser wafat pada 18 September 1970, Qadafi menggagas pendirian Federasi Republik-Republik Arab yang meliputi Libya, Mesir, dan Suriah. Tapi, ide itu gagal. Dia mencoba lagi pada 1972 dengan menggandeng Tunisia, tapi usaha itu pun sirna karena tak mendapatkan dukungan. Qadafi juga dikenal sebagai seorang antagonis.
Berkat ide-idenya melawan Barat dan tabiatnya yang suka berkelahi dengan pihak-pihak yang berbeda pandangan dengannya, ia pun mendapatkan julukan Singa Afrika. Misalnya, saat baru berkuasa, pada 1969, Libya berperang dengan Chad. Perang Libya-Chad berakhir pada 1994 melalui keputusan Mahkamah Pengadilan Internasional. Libya juga sempat baku tembak dengan Mesir selama beberapa hari pada 1977.
Saat itu, Qadafi kesal dengan manuver presiden Mesir saat itu, Anwar Sadat, yang berdamai dengan Israel setelah keduanya terlibat perang pada Oktober 1973. Qadafi memang sangat anti-Israel. Qadafi juga berang dengan Mesir karena melindungi dua perwira Libya pelaku rencana kudeta atas dirinya pada 1975. Konflik Libya-Mesir yang berlangsung empat hari akhirnya berakhir setelah ditengahi oleh Aljazair.
Sang kolonel ini pun jengkel dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), pimpinan Yasser Arrafat. Pada 1995, Qadafi mengusir 30.000 warga Palestina dari Libya setelah setahun sebelumnya, PLO menggelar kesepakatan damai dengan Israel.
Dia dibenci Barat karena dianggap mensponsori kelompok teroris. Qadafi pun dicap menjadi rezim berbahaya karena dituding mengembangkan senjata penghancur massal untuk menandingi musuhnya di Barat.
Sang kolonel pun harus berhadapan dengan sang koboi. Presiden AS Ronald Reagan, yang mantan bintang film serial cerita koboi, menjuluki Qadafi sebagai anjing gila. Reagan bukan cuma mengancam, melainkan juga langsung memerintahkan tentara Amerika Serikat menyerang Kota Tripoli dan Kota Benghazi.
Peristiwa serangan bom itu terjadi pada 14 April 1986. Serangan itu dilakukan dengan alasan agen-agen Libya lebih dahulu meledakkan sebuah klab malam di Berlin, Jerman, pada 5 April 1986. Insiden itu membunuh tiga orang dan melukai 229 lainnya. Dari jumlah itu, lebih dari 50 orang di antaranya adalah tentara Amerika.
Dua tahun kemudian, terjadi tragedi peledakan atas pesawat Pan American yang terbang di langit Lockerbie, Skotlandia. Ratusan penumpang dan awak pesawat tewas. Agen Libya dituduh terlibat dalam aksi itu. Setelah sempat menyangkal, Qadafi akhirnya bersedia menerima tanggung jawab tragedi di Lockerbie. Ia pun membayar uang duka kepada keluarga korban. ( republika.co.id )
No comments:
Post a Comment