Korban Kebrutalan Densus 88 Anti Teror Menuntut Pertanggungjawaban

Korban Kebrutalan Densus 88 Anti Teror Menuntut Pertanggungjawaban - Keluarga Nur Iman, korban kebrutalan Densus 88 karena salah tembak dalam penyergapan dua terduga teroris terus meminta pertanggungjawaban Densus 88 agar membiayai masa depan anak penjual angkringan itu. Pertanggungjawaban ini tak berhenti pada pemberian santunan kepada istri Nur Iman.

“Pihak keluarga tetap akan meminta dan menuntut kepada kepolisian untuk bertanggung jawab atas masa depan kedua anak Nur Iman. Tidak hanya sekarang dianggap sudah selesai tetapi tidak ada kejelasan tentang pertanggungjawaban masa depan anak Nur Iman”, kata Tarsom paman Nur Iman seperti dikutip JPNN (18/5).

"Saya merasa semua sudah selesai. Tapi saya tetap meminta kejelasan nasib anak keponakan saya. Memang sudah diberikan santunan kemarin, tapi itu bukan untuk masa depan keluarganya. Karena Nur Iman tulang punggung keluarga," jelasnya.

Yang kini menjadi perhatian keluarga adalah masa depan dua anak Nur Iman yakni Ririn dan Rizki yang kini masih belum jelas keberadaannya. Kedua anak ini dikhawatirkan akan telantar. Pasalnya, Nur yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga tak lagi bisa memberikan suntikan biaya kepada keduanya.


http://www.suara-islam.com/news/images/stories/nur%20iman-jenazah.jpg


Pihak keluarga kini juga sudah mulai bisa menerima kenyataan tewasnya Nur Iman dalam baku tembak antara Densus dengan dua terduga teroris di Gang Kantil, Jl Tentara Pelajar, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Sabtu dini hari (14/5) lalu.

Paman istri Nur Iman, Tarso, Rabu (18/5) mengatakan, sampai saat ini tidak ada kabar atau informasi dari Waliyem, isteri Nur Iman. Namun dirinya merasa yakin Waliyem bersama keluarga lainnya dalam keadaan aman. Karena mereka semua dalam lindungan kepolisian.

"Saya belum dapat kabar, tapi saya tenang karena yakin mereka baik-baik saja. Saat terakhir ketemu saya, Waliyem menyatakan, diamankan oleh polisi selama seminggu. Setelah itu mungkin akan segera kembali ke sini," terang Tarso.

Perihal serupa diungkapkan tetangga Nur Iman. Seorang pria yang enggan disebutkan namanya mengatakan, tidak ada kabar atau informasi tentang keberadaan istri Nur Iman dan kedua anaknya. Sampai kemarin keadaan rumah Nur Iman kosong tak berpenghuni. "Kami tidak tahu kejelasan keberadaan Waliyem dan anaknya.

Sebelumnya, baku tembak terjadi ketika Densus 88 menyergap dua terduga teroris yakni Sigit Qordhowi dan Hendro Yunianto di Gang Kantil, Desa Sanggrahan, Kecamatan Sukoharjo, Sabtu (14/5) dini hari. Dalam baku tembak itu, Sigit dan Hendro tewas. Sementara Nur Iman yang saat itu tengah berada di warung hik miliknya juga ikut tewas akibat kebrutalan Densus 88.

Hingga kini belum diketahui peluru siapa yang merenggut nyawa bakul hik ini. Polisi sempat menyangkal jika peluru tersebut berasal dari senjata milik anggota Densus. Polisi mengklaim jika peluru nyasar ini berasal dari senjata Sigit yang menembak secara membabi buta. Uji balistik dari peluru yang bersarang di tubuh Nur juga belum keluar hasilnya.

Mabes Polri berjanji akan melakukan penyelidikan mendalam atas tewasnya warga sipil Nur Iman, pedagang angkringan dalam baku tembak di Sukoharjo, Jawa Tengah. Selain mempersilahkan pihak lain untuk melakukan penyelidikan, secara internal juga akan dilakukan pemeriksaan.

"Silahkan saja dari Komnas HAM untuk melakukan penyelidikan, polisi, dalam hal ini penyidik dari Densus siap kooperatif," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam di kantornya kemarin (15/05). Nur Iman tewas dengan luka tembak di dada dalam penyergapan dua terduga teroris Sigit dan Hendro oleh anggota Densus 88 Mabes Polri.

Polri, kata Anton, sangat berkepentingan kasus ini dapat terungkap secara terang benderang. Untuk itu, Polri, lanjut Anton, akan menerjunkan tim Propam dan Itwasumnya. Tim gabungan internal itu, akan bertugas menyelidiki adanya dugaan pelanggaran prosedur yang dilakukan oleh anggota Polri, dalam operasi penindakan mereka. "Kita ingin yang benar terungkap. Tentunya Propam dan Irwasum akan turun dari internal, kita akan kerjasama," katanya.

Hingga tadi malam, hasil pemeriksaan balistik peluru yang menewaskan Nur Iman belum selesai. "Kami belum tahu pelurunya dari siapa karena masih dalam proses. Kami tidak bisa mengatakan peluru siapa karena menunggu yang memeriksa, Puslabfor,kata Kepala Pusdokkes Polri Komisaris Besar Anton Castilani yang mendampingin Anton Bachrul Alam.

Kadivhumas menjamin Polri akan transparan dalam kasus ini. "Kami sudah melakukan otopsi terhadap Nur Iman sebelum jenazahnya dikembalikan kepada keluarganya. Pelurunya dari tersangka. Maka itu kami buktikan melalui rekonstruksi dan sebagainya," katanya. Di TKP Polri menyita barang bukti dari para tersangka, yaitu dua senjata api jenis FN, satu jenis Baretta, satu granat manggis aktif, dan sekitar 100 peluru untuk FN.

Secara terpisah, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ifdhal Kasim menilai sistem pengamanan dalam penggerebekan teroris di Sukoharjo tak jalan yang mengakibatkan tewasnya seorang warga penjual angkringan. "Seharusnya, resiko bila teroris membawa senjata itu bisa di antisipasi dampaknya pada masyarakat. Pengamanan kelihatannya ini yang tidak bekerja dengan baik," kata Ifdhal Kasim saat menghadiri acara ulang tahun mantan wakil Presiden Jusuf Kalla di jalan Brawijaya no 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan kemarin.

Ketika Densus 88 Anti Teror mengejar, teroris bisa terprovokasi untuk melawan. Padahal, ada masyarakat yang berada atau menonton di sekitar lokasi. "Seharusnya hal itu bisa diantisipasi dengan melokalisir warga dari rumah yang sudah jadi target. Atau, memilih waktu yang tepat. Itu teknis," kata alumni UII ini.

Komnas HAM akan segera memastikan fakta peristiwa yang sebenarnya. "Komnas akan memastikan dulu fakta dilapangannya.Tentu kita akan berkoordinasi dengan Kapolri," katanya. Mantan wakil presiden Jusuf Kalla yang kemarin berulang tahun juga menyampaikan keprihatinannya. "Kita sesalkan jatuh korban jiwa. Ada warga meninggal," kata JK.

JK mengatakan sebuah operasi penggerebekan yang melibatkan senjata memiliki resiko yang sangat besar. Oleh karena itu, harus dipikirkan juga bagaimana meminimalisir resiko terlebih kepada masyarakat yang tidak terkait dengan terorisme."Seharusnya dipikirkan untuk mengurangi resiko," katanya.

Kemarin Kadivhumas Irjen Anton Bachrul Alam juga menunjukan foto Sigit dan Hendro yang tewas ditembak Densus 88. "Peran Sigit adalah pengontrol aksi M Syarif di Cirebon sekaligus pelatih kelompok ini. Dari video yang kami temukan di tersangka yang kami tangkap ada wajahnya. Jelas sekali," kata Anton. Selain itu, Sigit juga mengajari kelompok Cirebon merakit bom. "Jadi dia ini sangat penting dalam jaringan mereka. Nama kelompok ini Tauhid Wal Jihad," katanya.

Namun, keterangan polisi ini dibantah oleh mereka yang pernah mengenal Sigit dan Hendro. "Kalau disebut dia pimpinan laskar saya percaya. Dia memang sering sweeping café," kata Khalid Syaifullah , aktivis remaja masjid di Solo. Khalid pernah ditahan bersama Sigit saat peristiwa sweeping tempat hiburan menjelang ramadhan tahun 2005. "Tapi, kalau disebut dia ini bisa merakit bom saya tidak percaya," katanya.

Sigit juga tidak pernah berada di medan konflik seperti Afghanistan, Moro atau Ambon dan Poso. "Dia ini hobinya mancing. Gampang ditemui di waduk Gadjah Mungkur," katanya. Khalid mengaku jarang berkomunikasi lagi dengan Sigit karena kesibukan masing-masing. "Dari teman-teman sesama aktivis, memang laskar mas Sigit ini masih aktif," katanya.

Informasi lain yang dihimpun dari Solo, kelompok Sigit beranggotakan para mantan preman yang bertobat. Jumlahnya sekitar 400 orang. Mereka rutin melakukan pertemuan pekanan untuk mengaji. Kelompok ini pernah bersitegang dengan wartawan saat melarang peliputan pemakaman Air Setyawan dan Eko Joko Sarjono yang ditembak Densus 88 di Jatiasih Bekasi pada akhir tahun 2009. ( suara-islam.com )




Mungkin Artikel Berikut Juga Anda Butuhkan...!!!



No comments:

Post a Comment