Sampanye Tertua di Dunia Justru Ditemukan Di Dasar Laut Baltik. Anggur yang tersimpan 230 tahun di dasar laut itu diperkirakan bernilai lebih Rp 500 juta - Para penyelam menemukan sejumlah botol sampanye yang diperkirakan telah berusia 230 tahun di sebuah bangkai kapal yang karam di Laut Baltik. Saat dicecap, rasanya "luar biasa".
Mereka menemukan 30 botol sampanye bermerek Veuve Clicquot, yang diperkirakan merek terbaik di masanya, di kedalaman 55 meter atau 180 kaki di bawah permukaan laut.
Botol-botol minuman beralkohol yang masih dalam kondisi baik itu diduga hendak dikirim oleh Raja Prancis Louis XVI ke Pengadilan Kekaisaran Rusia. Jika benar, temuan itu akan menjadi sampanye tertua di dunia.
"Kami telah menghubungi (pembuat) Moet & Chandon dan mereka 98 persen yakin itu adalah Veuve Clicquot," Kristen Ekstroem, kepala tim menyelam, seperti dikutip dari laman Times of India. Sampel sampanye telah dikirim ke Moet & Chandon untuk dianalisis.
Pakar anggur Ella Gruessner Cromwell-Morgan, yang diminta Ekstroem untuk mencicipinya, mengatakan anggur putih itu tidak kehilangan rasa. Justru memberikan sensasi rasa yang sangat menakjubkan dibandingkan sampanye yang pernah ia rasakan selama ini.
Sampanye itu masih dalam kondisi baik karena lokasinya yang kedap cahaya dan dingin. "Rasanya benar-benar mengejutkan, sangat manis dan sedikit asam," kata Cromwell-Morgan.
Cromwell-Morgan memperkirakan harga pembukaan lelang satu botol sampanye itu mencapai US$ 69.000 dolar atau sekitar Rp 6,27 juta. "Apalagi jika benar anggur Louis XVI, bisa menghasilkan nilai lebih dari itu," ujarnya.
Harta karun itu ditemukan tujuh penyelam asal Swedia pada 6 Juli di Pulau Aaland Finlandia, perbatasan antara Swedia dan Finlandia. "Lokasinya sangat gelap, kami tak dapat melihat nama kapalnya, jadi kami hanya mengambil botol untuk mengidentifikasinya," ujar Ekstroem.
Berdasar catatan sejarah, Veuve Clicquot pertama kali diproduksi pada tahun 1772, tetapi harus didiamkan selama 10 tahun sebelum dipasarkan. "Jadi tidak mungkin sebelum 1782, atau setelah 1788-1789, ketika Revolusi Perancis mengganggu produksi," kata Ekstroem. ( vivanews.com )
No comments:
Post a Comment