Walau Sudah Bersertifikasi, Guru Masih Tetap Minim Kreativitas

Walau Sudah Bersertifikasi, Guru Masih Tetap Minim Kreativitas - Sebagai seorang cendikiawan dan pemerhati pendidikan di Kota Pematangsiantar, Dr Hilman Pardede MPd yang pernah mengikuti pendidikan di Program Sandwich di Auburn University, Alabama, USA, sangat prihatin dengan kondisi pendidikan Kota Pematangsiantar saat ini.


http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/ilustrasi_guru_mengajar_ok_98.jpg

Minimnya kreativitas siswa, diakibatkan minimnya kompetensi guru di masing-masing bidang.

Di mana, sesuai dengan UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen mengatakan bahwa guru adalah professional. Dengan catatan melekat kesejahteraan yang mencukupi. Yang mana hal ini untuk sebahagian telah dipenuhi pemerintah melalui tunjangan sertifikasi.

Dan hampir 50 persen guru di Sumut sudah sertifikasi, namun kompetensi guru yang telah diberikan tunjangan sertiviksai itu masih tetap seperti ketika mereka belum mendapatkan tunjangan sertifikasi.

“Kondisi ini sangatlah merugikan dunia pendidikan, karena guru yang diharapkan bisa membangun kreatifitas siswa, tetap menganut atau mengimplementasikan pola-pola lama. Dalam proses pembelajaran dan pengajaran,” ujar Dosen Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas HKBP Nomensen Siantar ini.

Pria yang merilis buku The Structure of the Toba Batak Conversation, dan Sociocultural Values In Umpama Of Toba Batak, dengan penerbit Singapora International Press, menilai selama ini tunjangan sertifikasi guru belum dimanfaatkan sebagai peningkatan kompetensi.

Sementara tuntutan zaman yang semakin canggih, seharusnya disesuaikan oleh guru membentuk karakternya sesuai dengan kemajuan zaman itu.

Memang untuk mendapatkan mutu pendidikan yang baik, stakeholder pendidikan harus berperan. Seperti orangtua, yayasan, terutama pemerintah Cq Dispenjar. Karena pendidikan itu tidak bisa dilakukan oleh seorang saja. Mutu itu harus dikerjakan oleh tim yang bersinergi. Ke depan setiap sekolah itu, diharapkan memiliki komisi mutu, yang fungsinya khusus meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajran sekaligus mengevaluasi mutu di sekolah itu.

“Kelemahan saat ini ada pada sumberdaya guru kita. Kualifikasi akademik guru, kalau di negara maju semua guru itu sarjana dan sarjana akuntabel,” ujarnya.

Sementara, katanya, saat ini masih ada lagi guru yang belum sarjana. Sehingga ketika ada UU, ujarnya, akhirnya ada guru yang dipakasa sarjana.

Ia berharap, momentum peringatan hari guru tahun 2012 yang ke-67, bagaimana agar guru mampu memberikan pembelajaran, sesuai dengan permintaan pasar dalam memberikan sebuah produk pendidikan.
Produk pendidikan, harus memenuhi permintaan pasar, diantaranya pasar primer untuk murid atau siswa itu sendiri, pasar sekunder yaitu sesuai dengan harapan orangtua dan pemerintah, kemudian pasar tersier yaitu dunia kerja.

Hendaknya guru itu juga menyadari sampai mana kemampuannya, dia bisa menghitung dimana sebenarnya kompetensinya. Dan rela memberikan kesempatan bagi yang lain yang lebih memiliki kompetensi. “Masih ada guru SD yang malakukan perkalian, duluan ratusannya dibanding satuan yang dikalikan. Kita sangat sedih,” ujarnya.

Apabila pemerintah kota peduli dengan pendidikan, harus dibuktikan ketika membuat program pendidikan yang realistis, berdasarkan anggaran pendidikan yang sudah ada. Maka akan bisa beroleh hasil perobahan yang positif. “Hingga saat ini, kreativitas siswa masih sangat minim,” ujar alumni Pascasarjana USU ini. ( tribunnews.com )


Blog : Selebrity



Mungkin Artikel Berikut Juga Anda Butuhkan...!!!



No comments:

Post a Comment