Makam WS Rendra Dan Makam Mbah Surip. Kurang dari seminggu, Indonesia kehilangan dua maestro. Setelah kepergian Mbah Surip, budayawan Willibrordus Surendra Broto Rendra atau WS Rendra menyusul tutup usia pada Kamis 6 Agustus 2009 pukul 22.05 WIB di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok. Rendra meninggal setelah dua bulan terbaring sakit.
Saat ini jenazah WS Rendra sudah disemayamkan di rumah utama Bengkel Teater miliknya di Depok, Jawa Barat. "Jika Allah memperkenankan, jika keluarga kumpul akan segera dimakamkan. Jika belum kita tunggu sampai ba'da Jumat," kata ustad, Muhammar Muchtar Hussein, Jumat 7 Agustus 2009.
Jenazah Rendra akan dimakamkan satu komplek dengan makam Mbah Surip. Menurut salah seorang penggali kubur, lokasi tepatnya, satu level di atas makam Mbah Surip di pemakaman yang konturnya berundak itu. Saat ini makam Rendra sedang digali. Lokasi pun sudah dipagari, tenda pun telah didirikan.
Rendra akan dimakamkan siang ini, sementara tanah makam Mbah Surip belum lagi kering. Bunga ucapan duka cita atas kepergian Mbah Surip pun masih banyak di dekat kuburnya.
WS Rendra alias Si Burung Merak lahir di Solo pada 7 November 1935, terlahir sebagai Katolik dari pasangan R Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo, seorang guru dan Raden Ayu Catharina Ismadillah, penari serimpi di keraton Surakarta.
Bakatnya di bidang sastra sudah terlihat sejak beliau duduk di bangku SMP lewat kemampuannya menulis puisi, cerita pendek dan drama dalam berbagai kegiatan sekolahnya. Kaki Palsu adalah drama pertamanya yang dipentaskan ketika ia masih duduk di SMP dan Orang-orang di Tikungan Jalan adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan.
Syair, puisi, adalah nafas Rendra, dia tak pernah berhenti berkarya. Rendra juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).
Tahun 1967, Rendra kemudian mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Ia kemudian juga membangun Bengkel Teater Rendra di Depok, yang masih eksis hingga saat ini. [VIVAnews ]
Saat ini jenazah WS Rendra sudah disemayamkan di rumah utama Bengkel Teater miliknya di Depok, Jawa Barat. "Jika Allah memperkenankan, jika keluarga kumpul akan segera dimakamkan. Jika belum kita tunggu sampai ba'da Jumat," kata ustad, Muhammar Muchtar Hussein, Jumat 7 Agustus 2009.
Jenazah Rendra akan dimakamkan satu komplek dengan makam Mbah Surip. Menurut salah seorang penggali kubur, lokasi tepatnya, satu level di atas makam Mbah Surip di pemakaman yang konturnya berundak itu. Saat ini makam Rendra sedang digali. Lokasi pun sudah dipagari, tenda pun telah didirikan.
Rendra akan dimakamkan siang ini, sementara tanah makam Mbah Surip belum lagi kering. Bunga ucapan duka cita atas kepergian Mbah Surip pun masih banyak di dekat kuburnya.
******
WS Rendra alias Si Burung Merak lahir di Solo pada 7 November 1935, terlahir sebagai Katolik dari pasangan R Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo, seorang guru dan Raden Ayu Catharina Ismadillah, penari serimpi di keraton Surakarta.
Bakatnya di bidang sastra sudah terlihat sejak beliau duduk di bangku SMP lewat kemampuannya menulis puisi, cerita pendek dan drama dalam berbagai kegiatan sekolahnya. Kaki Palsu adalah drama pertamanya yang dipentaskan ketika ia masih duduk di SMP dan Orang-orang di Tikungan Jalan adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan.
Syair, puisi, adalah nafas Rendra, dia tak pernah berhenti berkarya. Rendra juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).
Tahun 1967, Rendra kemudian mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Ia kemudian juga membangun Bengkel Teater Rendra di Depok, yang masih eksis hingga saat ini. [VIVAnews ]
No comments:
Post a Comment