Adakah Orang Berakal Yang Menganggap Hukuman Ariel Itu Wajar ... ??? - Vonis yang dijatuhkan kepada vokalis Nazriel Irham alias Ariel dengan hukum 3 tahun 6 bulan penjara dan denda Rp 250 juta, dalam persidangan putusan di PN Bandung, Senin (31/1/2011) kemarin, masih menyisakan tanda tanya di benak kelirumonolog, kartunis dan seniman Jaya Suprana.
"Ariel salahnya itu apa? Sampai sekarang saya enggak ngerti-ngerti," ujarnya ditemui usai penyerahan penghargaan MURI di Mall of Indonesia (MoI), Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (1/2/21011) malam.
Adakah Orang Berakal Yang Menganggap Hukuman Ariel Itu Wajar ... ???
Jaya menilai Ariel korban ketidakadilan. "Wong dia tidak memerkosa, mau sama mau, bahkan kasih sayang, kok dihukum. Yang menyebarkan juga bukan dia. Lihat kasus ini bukan enggak habis pikir, malah mikir saja enggak bisa," kritik Jaya.
"Saya bukannya membela, tapi apa enggak lebih baik, perumahan rakyat miskin dipikirkan, jangan cuma mikirin Ariel. Apa kita kurang kerjaan. Sampai berkelahi lagi. Enggak ada bedanya sepak bola sama Ariel, sama saja," kata lelaki kelahiran Denpasar, Bali, 27 Januari 1949, ini.
Terkait masalah pornografi, Jaya punya alasan sendiri. "Kalau mengutip kata Gus Dur (Abdurrahman Wahid-red), 'Gitu aja kok repot'. Saya pernah tanya Gus Dur, 'Gus, caranya gimana agar kita tak terpengaruh dampak negatif? Saya pikir jawabannya seperti apa, eh, beliau cuma bilang, 'Gitu aja kok repot. Ya jangan nonton!" ujar Jaya menirukan perbincangannya dengan mendiang Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid.
Menurutnya, kasus Gayus jauh lebih penting ketimbang Ariel. "Menurut Susno (Komjen Pol Susno Duadji, mantan Kabareskrim Polri) lho, uangnya mencapai milyaran dollar. Itu yang harus dikejar. Enak benar, dituntut 20 tahun tapi dihukumnya cuma 7 tahun. Saya saja, kalau di penjara enggak apa-apa, walaupun tidak kepengin lho, saya rasa enggak masalah. Wong, uangnya masih banyak," sindir Jaya.
"Yang penting beri saya ruang ber-AC, kasih laptop dan piano. Dihukum segitu saya siap saja, enggak perlu ke mana-mana. Ngapain keluar, saya lebih suka di dalam," kata Jaya yang tengah mempersiapkan sejumlah buku salah satunya buku berjudul Alasanologi.
"Itu ilmu tentang alasan. Orang Indonesia itu paling pintar untuk bikin alasan, termasuk memfitnah orang untuk cari alasan," ujarnya. ( tempointeraktif.com )
"Ariel salahnya itu apa? Sampai sekarang saya enggak ngerti-ngerti," ujarnya ditemui usai penyerahan penghargaan MURI di Mall of Indonesia (MoI), Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (1/2/21011) malam.
Adakah Orang Berakal Yang Menganggap Hukuman Ariel Itu Wajar ... ???
Jaya menilai Ariel korban ketidakadilan. "Wong dia tidak memerkosa, mau sama mau, bahkan kasih sayang, kok dihukum. Yang menyebarkan juga bukan dia. Lihat kasus ini bukan enggak habis pikir, malah mikir saja enggak bisa," kritik Jaya.
"Saya bukannya membela, tapi apa enggak lebih baik, perumahan rakyat miskin dipikirkan, jangan cuma mikirin Ariel. Apa kita kurang kerjaan. Sampai berkelahi lagi. Enggak ada bedanya sepak bola sama Ariel, sama saja," kata lelaki kelahiran Denpasar, Bali, 27 Januari 1949, ini.
Terkait masalah pornografi, Jaya punya alasan sendiri. "Kalau mengutip kata Gus Dur (Abdurrahman Wahid-red), 'Gitu aja kok repot'. Saya pernah tanya Gus Dur, 'Gus, caranya gimana agar kita tak terpengaruh dampak negatif? Saya pikir jawabannya seperti apa, eh, beliau cuma bilang, 'Gitu aja kok repot. Ya jangan nonton!" ujar Jaya menirukan perbincangannya dengan mendiang Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid.
Menurutnya, kasus Gayus jauh lebih penting ketimbang Ariel. "Menurut Susno (Komjen Pol Susno Duadji, mantan Kabareskrim Polri) lho, uangnya mencapai milyaran dollar. Itu yang harus dikejar. Enak benar, dituntut 20 tahun tapi dihukumnya cuma 7 tahun. Saya saja, kalau di penjara enggak apa-apa, walaupun tidak kepengin lho, saya rasa enggak masalah. Wong, uangnya masih banyak," sindir Jaya.
"Yang penting beri saya ruang ber-AC, kasih laptop dan piano. Dihukum segitu saya siap saja, enggak perlu ke mana-mana. Ngapain keluar, saya lebih suka di dalam," kata Jaya yang tengah mempersiapkan sejumlah buku salah satunya buku berjudul Alasanologi.
"Itu ilmu tentang alasan. Orang Indonesia itu paling pintar untuk bikin alasan, termasuk memfitnah orang untuk cari alasan," ujarnya. ( tempointeraktif.com )
No comments:
Post a Comment