Din Syamsuddin Terjebak Perangkap SBY - Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan pertemuan antara tokoh lintas agama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/1) sangat dialogis. Ia menilai Kepala Negara cukup positif, hangat, dan terbuka.
"Jawaban Presiden, saya katakan seperti biasa, selalu memesona dan mengesankan. Walaupun memang memakan waktu lama," tutur Din, Selasa (18/1).
Namun, Din kaget sekaligus menyayangkan. Forum kemarin malam dihadiri tamu di luar ekspektasi. "Pertemuan dengan 12 tokoh tak seperti perkiraan. Istana mengundang tokoh agama lebih luas, sehingga jumlahnya hampir seratus orang, sekitar dua baris. Sebenarnya kita mengharapkan dialog yang substansial, ternyata audiens lebih banyak. Bagi kami tak masalah karena sepenuhnya hak pengundang," ucap Din.
Pertemuan tersebut berlangsung 4,5 jam sejak pukul 20.00 WIB. Momen tersebut resmi atas undangan Sekretaris Kabinet. Belasan pemuka tersebut, terang Din, antara lain Solahuddin Wahid, Syafi'i Ma'arif, dan Johan Effendi. Din sekali lagi kecewa, momen tersebut tidak terbuka.
"Saya minta tokoh lintas agama bisa bersifat terbuka agar diketahui rakyat supaya bisa disiarkan media massa khususnya televisi dan radio. Tidak ada salahnya saya rasa. Apalagi di era transparansi dan demokrasi sekarang ini," sambung Din.
Ia meneruskan,"Sayang itu tidak menjadi kenyataan. Saya menilai ada ketidakadilan, Pak Presiden berbicara diliput langsung media massa. Tapi pas tokoh agama, pers tidak boleh di ruangan. Tapi sekali lagi itu tidak masalah karena kan hak tuan rumah".
Selain itu, sifat dan pandangan yang pernah disampaikan forum tokoh lintas agama, bukanlah pernyataan pribadi. "Itu sebagai sikap dan pernyataan kolektif. Disetujui tokoh-tokoh dan nama yang semuanya tercantum di akhir pernyataan, delapan orang.
"Sikap bersama bukan pandangan pribadi, walaupun saya tahu banyak yang mengalamatkan kepada saya, dicap sebagai provokator, Din Syamsuddin. Ini adalah persepsi yang keliru," cetus Din.
Anggota Badan Pekerja Forum Lintas Agama itu mengimbuhkan,"Saya minta tidak perlu disikapi negatif, apalagi menuduh bermotif politik. Kalaupun iya, ini politik kebangsaan dan bukan politik praktis. Apalagi kalau sampai dituduhkan ke upaya pemakzulan. Itu jauh dari pikiran tokoh lintas agama".
Din, atas nama kalangan pemuka agama meminta pemerintah khususnya Presiden SBY lebih bersungguh-sungguh menuntaskan masalah bangsa. Penggunaan kata 'kebohongan' seperti yang beredar belakangan, lebih pada nada kondisional.
"Kami mencatat Presiden akan memimpin langsung pemberantasan korupsi door to door. Nyatanya? Masih saja merajalela. Contohnya kasus Gayus Tambunan. Kenapa harus terbongkar setelah ada wartawan foto ataupun surat pembaca. Itu semua harusnya menjadi entry point karena korupsi berdampak pada kemiskinan," seru Din. ( metrotvnews.com )
"Jawaban Presiden, saya katakan seperti biasa, selalu memesona dan mengesankan. Walaupun memang memakan waktu lama," tutur Din, Selasa (18/1).
Namun, Din kaget sekaligus menyayangkan. Forum kemarin malam dihadiri tamu di luar ekspektasi. "Pertemuan dengan 12 tokoh tak seperti perkiraan. Istana mengundang tokoh agama lebih luas, sehingga jumlahnya hampir seratus orang, sekitar dua baris. Sebenarnya kita mengharapkan dialog yang substansial, ternyata audiens lebih banyak. Bagi kami tak masalah karena sepenuhnya hak pengundang," ucap Din.
Pertemuan tersebut berlangsung 4,5 jam sejak pukul 20.00 WIB. Momen tersebut resmi atas undangan Sekretaris Kabinet. Belasan pemuka tersebut, terang Din, antara lain Solahuddin Wahid, Syafi'i Ma'arif, dan Johan Effendi. Din sekali lagi kecewa, momen tersebut tidak terbuka.
"Saya minta tokoh lintas agama bisa bersifat terbuka agar diketahui rakyat supaya bisa disiarkan media massa khususnya televisi dan radio. Tidak ada salahnya saya rasa. Apalagi di era transparansi dan demokrasi sekarang ini," sambung Din.
Ia meneruskan,"Sayang itu tidak menjadi kenyataan. Saya menilai ada ketidakadilan, Pak Presiden berbicara diliput langsung media massa. Tapi pas tokoh agama, pers tidak boleh di ruangan. Tapi sekali lagi itu tidak masalah karena kan hak tuan rumah".
Selain itu, sifat dan pandangan yang pernah disampaikan forum tokoh lintas agama, bukanlah pernyataan pribadi. "Itu sebagai sikap dan pernyataan kolektif. Disetujui tokoh-tokoh dan nama yang semuanya tercantum di akhir pernyataan, delapan orang.
"Sikap bersama bukan pandangan pribadi, walaupun saya tahu banyak yang mengalamatkan kepada saya, dicap sebagai provokator, Din Syamsuddin. Ini adalah persepsi yang keliru," cetus Din.
Anggota Badan Pekerja Forum Lintas Agama itu mengimbuhkan,"Saya minta tidak perlu disikapi negatif, apalagi menuduh bermotif politik. Kalaupun iya, ini politik kebangsaan dan bukan politik praktis. Apalagi kalau sampai dituduhkan ke upaya pemakzulan. Itu jauh dari pikiran tokoh lintas agama".
Din, atas nama kalangan pemuka agama meminta pemerintah khususnya Presiden SBY lebih bersungguh-sungguh menuntaskan masalah bangsa. Penggunaan kata 'kebohongan' seperti yang beredar belakangan, lebih pada nada kondisional.
"Kami mencatat Presiden akan memimpin langsung pemberantasan korupsi door to door. Nyatanya? Masih saja merajalela. Contohnya kasus Gayus Tambunan. Kenapa harus terbongkar setelah ada wartawan foto ataupun surat pembaca. Itu semua harusnya menjadi entry point karena korupsi berdampak pada kemiskinan," seru Din. ( metrotvnews.com )
No comments:
Post a Comment