Pangeran Harry, diperankan Sebastian Reid, menjadi subjek film dokumenter yang dibuat berdasarkan apa yang mungkin terjadi jika dia ditahan di Afghanistan. (Foto: Reuters) Pangeran Harry mengenakan seragam Angkatan Udara Kerajaan Inggris. (Foto: Getty Images) Pangeran Harry mengenakan seragam Angkatan Udara Kerajaan Inggris. (Foto: Getty Images)
Pangeran Harry mengenakan seragam Angkatan Udara Kerajaan Inggris. (Foto: Getty Images)
Benarkah demikian? Bukan, ternyata itu hanya rekaan. Stasiun televisi Inggris, Channel 4 hendak menayangkan sebuah “dokumenter yang didramatisasi” yang didasarkan pada apa yang akan terjadi jika Pangeran Harry ditangkap dan jadi tahanan di Afghanistan.
Film berdurasi 90 menit tersebut berisikan sejumlah adegan yang memperlihatkan sang pangeran, diperankan aktor Sebastian Reid, ditahan di tempat musuh sementara dilakukan negosiasi untuk membebaskannya.
Penyanderaan Pangeran Harry, judul film itu, memperlihatkan sang pangeran di sudut ruangan dengan senjata terkokang yang ditodongkan di wajahnya sebelum salah satu penyanderanya menarik pelatuk.
Meski Clarence House belum memberikan tanggapan terhadap para pembuat dokumenter, sudah barang tentu keluarga kerajaan akan dibuat berang dengan program tersebut dan juga kemungkinan risiko yang ditimbulkan terhadap tahta kerajaan.
Tayangan tersebut, yang akan ditayangkan pada hari Kamis, 21 Oktober mendatang pukul 9 malam waktu Inggris, termasuk adegan-adegan saat sang pangeran berhadapan dengan sejumlah tokoh Islam radikal kelahiran Inggris dan rincian pendekatan pemerintah Inggris terhadap negosiasi sandera yang berbeda dari negara-negara lain.
Film yang dibuat berdasarkan kontribusi dari para mantan sandera dan pakar intelijen tersebut juga menunjukkan “Harry” ditampilkan dalam "propaganda" Taliban dan Al-Qaeda.
Tayangan tersebut memicu kekhawatiran karena para militan bisa saja mendapatkan ide dari program tersebut.
Harry, putra bungsu dari Pangeran Wales, pernah bertugas sebagai prajurit di Provinsi Helmand, Afghanistan.
Kehadiran Harry di Afghanistan dirahasiakan karena dikhawatirkan sang pangeran bisa dijadikan target Taliban jika kedatangannya diketahui.
Harry menghabiskan waktu 10 minggu bekerja sebagai pemandu udara hingga samarannya terbongkar di internet. Harry langsung diterbangkan pulang ke Inggris pada Februari 2008 lalu ketika rahasia itu bocor.
Kepala dokumenter Channel 4, Hamish Mykura, mengatakan bahwa televisi itu telah memberitahu Istana Buckingham mengenai film dokumenter tersebut, namun hingga kini masih belum mendapatkan jawaban.
Mykura mengatakan, tidak ada kemungkinan tayangan tersebut meningkatkan risiko penculikan.
Ia menambahkan, Taliban sudah pernah membahas penangkapan sang pangeran saat diketahui Harry ada di Afghanistan.
“Menurut saya, jika dikatakan film ini akan menimbulkan ide baru yang belum pernah muncul sebelumnya, maka anggapan itu salah,” katanya.
Kata Mykura, “tidak diragukan lagi” bahwa Harry akan berada dalam risiko jika kembali ke Afghanistan.
“Dalam film, kami sebutkan bahwa nama panggilannya saat terakhir ada di sana (Afghanistan) adalah ‘Magnet Peluru’ dan kami tahu bahwa ada banyak laporan dan cerita di situs-situs radikal yang menyebutkan bahwa Harry harus menjadi target nomor satu,” kata Mykura.
Ia menambahkan, menurutnya, film tersebut berhubungan dengan subjek yang “tepat pada waktunya” dengan cara yang layak dan bertanggung jawab.
Bulan lalu, Harry merayakan ulang tahun ke-26 dan pada minggu yang sama, ia juga menerbangkan sebuah helikopter Apache milik Angkatan Udara Kerajaan Inggris senilai £35 juta untuk pertama kalinya.
Beberapa hari berselang, sang pangeran yang memang dikenal akrab dengan geliat kehidupan malam Kota London saat tidak tengah bertugas, menikmati setidaknya dua malam penuh alkohol yang berlangsung hingga pukul lima pagi.
Saluran televisi tersebut sebelumnya memicu kontroversi dengan penayangan program mengenai keluarga kerajaan.
Pada tahun 2007 lalu, sebuah tayangan dokumenter yang menampilkan foto-foto mendiang Putri Diana yang tergeletak karena luka parah setelah kecelakaan – yang akhirnya berujung kematian –, tetap disiarkan meski sebelumnya sudah dilarang Pangeran William dan Pangeran Harry.
Film lainnya yang mengisahkan mengenai “pembunuhan” mantan presiden AS, George Bush, juga memicu kemarahan.
“Death of a President” memperlihatkan adegan Bush, hanya beberapa detik setelah ditembak jatuh oleh seorang penembak jitu. “Bush” ditembak pascademonstrasi antiperang.
Mengambil setting Oktober 2007, drama 90 menit tersebut memperlihatkan rekaan pembunuhan Bush dan reaksi berikutnya. ( suaramedia.com )
No comments:
Post a Comment