Antasari Azhar Dan Kisah Sepotong Sajadah Lusuh - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar sangat mencintai sambal khas Palembang dalam hidupnya. Apapun makanan spesial yang dibawakan oleh keluarga besarnya, pria berkumis tersebut selalu meminta dilengkapi dengan sambal khas tersebut. Entah bagaimana istimewanya rasa sambal itu dibanding sambal-sambal lainnya? Mungkin hanya Antasari yang dapat menjawabnya.
Antasari dan dua putrinya, Andita Dianoctora dan Ajeng Oktarifka
Namun ternyata, tak hanya sambal yang dikhususkan oleh seorang Antasari. Pria kelahiran 57 tahun silam itu juga mengkhususkan, bahkan bisa dikatakan memitoskan salah satu barang yang dimilikinya. Bukan keris ataupun jimat, tapi sebuah sajadah yang diyakini Antasari selalu membawa keberuntungan baginya.
"Bapak percaya sajadah itu selalu membantu dia mendapatkan kemudahan-kemudahan. Memudahkan dia mendapat sesuatu yang orang sulit dapatkan," kata istri Antasari, Ida Laskmiwati kepada Tribunnews.com akhir pekan ini.
Sajadah itu dibeli Antasari tujuh tahun silam saat dirinya menunaikan umroh pertamanya. Antasari sendiri sudah dua kali menunaikan umroh semasa hidupnya. Banyak hal yang didapat Antasari dengan mudah saat dirinya membawa serta sajadah itu dan menggunakannya. Salah satunya adalah kemudahan mencium hajar azwat dalam ibadah umroh.
"Ada penjaga tiba-tiba yang menunjukkan jalannya khusus ke sana (hajat azwat). Dikasih jalan. Saya saja sudah berkali-kali nggak pernah bisa (mencium)," tuturnya.
Antasari selalu menggunakan sajadahnya dalam setiap kesempatan dirinya berkomunikasi melalui shalat, pembacaan doa-doa kepada Allah. Pun saat dirinya harus berlutut menyembah Allah saat dirinya berkompetisi dalam ajang pemilihan ketua KPK beberapa tahun silam dan saat dirinya berserah kepada Tuhan akan hukuman yang bersiap dijatuhi kepadanya akibat kasus pembunuhan Nasrudin yang dituduhkan kepadanya.
Saking cinta dan percayanya Antasari akan tuah sajadah itu, dirinya bahkan tak pernah sekalipun membeli dan mau menerima sajadah dari orang lain untuk dipakainya salin jika sajadah yang dicintainya itu harus dicuci.
"Bahkan nggak dicuci-cuci tuh (sajadahnya). Saya pernah mau nyucinya, nggak dibolehin. Nggak boleh dicuci-cuci," jelas Ida.
Kini sajadah itu semakin lusuh. Karena selain usianya yang sudah tak lagi muda, Antasari juga tak pernah mengizinkannya dicuci. Selain itu, kini sajadah yang turut dibawa Antasari ke balik jeruji penjara itu, bertambah besar beban pakainya, setelah Antasari, yang kini selalu puasa Senin-Kamis, semakin sering mengggunakannya untuk beribadah kepada Tuhan. ( tribunnews.com )
Antasari dan dua putrinya, Andita Dianoctora dan Ajeng Oktarifka
Namun ternyata, tak hanya sambal yang dikhususkan oleh seorang Antasari. Pria kelahiran 57 tahun silam itu juga mengkhususkan, bahkan bisa dikatakan memitoskan salah satu barang yang dimilikinya. Bukan keris ataupun jimat, tapi sebuah sajadah yang diyakini Antasari selalu membawa keberuntungan baginya.
"Bapak percaya sajadah itu selalu membantu dia mendapatkan kemudahan-kemudahan. Memudahkan dia mendapat sesuatu yang orang sulit dapatkan," kata istri Antasari, Ida Laskmiwati kepada Tribunnews.com akhir pekan ini.
Sajadah itu dibeli Antasari tujuh tahun silam saat dirinya menunaikan umroh pertamanya. Antasari sendiri sudah dua kali menunaikan umroh semasa hidupnya. Banyak hal yang didapat Antasari dengan mudah saat dirinya membawa serta sajadah itu dan menggunakannya. Salah satunya adalah kemudahan mencium hajar azwat dalam ibadah umroh.
"Ada penjaga tiba-tiba yang menunjukkan jalannya khusus ke sana (hajat azwat). Dikasih jalan. Saya saja sudah berkali-kali nggak pernah bisa (mencium)," tuturnya.
Antasari selalu menggunakan sajadahnya dalam setiap kesempatan dirinya berkomunikasi melalui shalat, pembacaan doa-doa kepada Allah. Pun saat dirinya harus berlutut menyembah Allah saat dirinya berkompetisi dalam ajang pemilihan ketua KPK beberapa tahun silam dan saat dirinya berserah kepada Tuhan akan hukuman yang bersiap dijatuhi kepadanya akibat kasus pembunuhan Nasrudin yang dituduhkan kepadanya.
Saking cinta dan percayanya Antasari akan tuah sajadah itu, dirinya bahkan tak pernah sekalipun membeli dan mau menerima sajadah dari orang lain untuk dipakainya salin jika sajadah yang dicintainya itu harus dicuci.
"Bahkan nggak dicuci-cuci tuh (sajadahnya). Saya pernah mau nyucinya, nggak dibolehin. Nggak boleh dicuci-cuci," jelas Ida.
Kini sajadah itu semakin lusuh. Karena selain usianya yang sudah tak lagi muda, Antasari juga tak pernah mengizinkannya dicuci. Selain itu, kini sajadah yang turut dibawa Antasari ke balik jeruji penjara itu, bertambah besar beban pakainya, setelah Antasari, yang kini selalu puasa Senin-Kamis, semakin sering mengggunakannya untuk beribadah kepada Tuhan. ( tribunnews.com )
No comments:
Post a Comment