Hukum Karma Bagi Bangsa Indonesia

Hukum Karma Bagi Bangsa Indonesia. Hai Nak..! Jikok pamatang dialiah urang, Jikok mintalak dianjak urang. Cupak jo Sukataan alah baganti. Nan bana alah ditukari, Disinanlah gayuang dilapehkan, sakali pun darah ka taserak, mangalia ma anak sungai atau pun nyawo ka malayang. Satapak indak buliah suruik, Salangkah indak buliah mundur, Sajajak turun dari dari janjang. Jan dikana nyawa ka babaliak pulang. Itulah gunonyo waang laki-laki. ”

( Hai nak… Jika pematang sawah sudah digeser orang, batas lading di pindahkan orang, ukuran sudah tidak diakui orang lagi, kebenaran sudah diganti dengan keburukan, pada saat itulah ilmu dan senjata dipergunakan, sekalipun darah akan tertumpah mengalir membasahi tanah seperti anak sungai, atau pun nyawa akan melayang. Satu tapak kaki pun engkau tidak boleh surut, Selangkah pun engkau tidak boleh mundur, Sekali tapak kaki turun dari tangga rumah menginjak tanah, Jangan diingat lagi lnyawa akan kembali pulang. Itulah Gunanya engkau jadi laki-laki )

Demikian mungkin sepotong nasehat dan pituah yang diberikan orang tua kepada anak laki-lakinya di Minangkabau dulunya. Nasehat yang sekaligus memerintahkan kepada setiap anak laki-laki untuk bisa menempatkan posisinya sebagai pelindung dan pejuang harga diri dan kebenaran keluarga, suku dan negeri serta kaumnya. Sehingga dikenallah istilah “ Harimau Paga Nagari “ ( Harimau Yang Melindungi Negeri ) yang umumnya terdiri para parewa ( Preman ) dan para pendekar muda yang siap mengorbankan nyawanya demi kedaulatan dan harga diri negarinya

Nasehat-nasehat dan pituah keberanian tersebut, tentunya tidak hanya terdapat pada suku Minangkabau saja, setiap daerah di Indonesia ini memiliki metoda dan cara tersendiri dalam membakar semangat kepahlawanan dan keberanian generasi mudanya. Seperti istilah “ Carok “ pada suku Madura yang pada awalnya lebih merupakan sebuah pertarungan harga diri satu lawan satu secara adil dan resmi sebagai babak akhir dari penyelesaian konflik yang tidak pernah selesai.

Semangat keberanian yang merupakan warisan budaya bangsa tersebut, pada zaman ini, telah berubah menjadi suatu bentuk premanisme yang legal dan terkoordinir secara baik dalam bentuk lembaga-lembaga dan yayasan-yayasan yang formal dan disahkan oleh konstitusi negara Republik Indonesia.

Bisakah kita membedakan antara tindakan yang dilakukan para preman yang dipelihara oleh orang kaya dalam melakukan aksi pemerasan dan pengeroyokan dengan tindakan penggusuran dan pemukulan yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP yang dipelihara Pemerintah ?

Aksi brutal yang sering dipertontonkan oleh para Preman dan Satpol PP pada hakikatnya adalah sama saja. Yaitu tindakan keberanian yang tidak lagi didasari oleh kebenaran dan harga diri, tetapi lebih merupakan aksi biadab atas pesanan dari pihak yang memeliharanya

Bila para Preman dipelihara oleh orang-orang kaya yang uangnya diambil dari korupsi dan memeras darah rakyat, sedangkan Satpol PP dipelihara oleh pemerintah yang dibiayai oleh rakyat melalui beraneka macam pungutan, denda dan pajak. Yang kesemua itu berasal dari rakyat juga. Yang kesemua itu dipergunakan untuk menganiaya rakyat juga. Dari Rakyat Untuk Menganiaya Rakyat.

Itulah salah satu kehebatan dan keperkasaan Lembaga–Lembaga Pemerintahan di Republik Indonesia saat ini. Pemerintah benar-benar telah mempu menunjukkan keperkasaannya dalam menindas rakyatnya sendiri dengan cara mengabaikan hukum dan aturan sosial yang berlaku.

Sementara di sisi lain ketika wilayah kedaulatan bangsa di Ambalat diganggu dan Harga Diri Bangsa Dihina Oleh Bangsa Lain, negara berubah menjadi sosok yang sepertinya sangat bijaksana serta penuh toleran dengan pertimbangan hukum dan akibat buruk dan baik yang akan ditimbulkan oleh aksi mempertahankan harga diri dan kehormatan bangsa.

Wilayah kedaulatan negara sudah dimasuki bangsa asing, diklaim sebagai miliknya, batas negara telah digeser dan dipindahkan. Peta sudah diganti. Dimana lagi kita harus menggantungkan harga diri yang menjadi nilai kemuliaan kita sebagai bangsa patriot yang memperoleh kemerdekaannya dengan darah dan nyawa ?

Tanpa bermaksud mengabaikan perundingan-perundingan yang telah dilaksanakan dengan negara Malaysia, tapi dalam prakteknya apabila memang perundingan yang sudah pulihan kali dilaksanakan itu benar merupakan suatu solusi, tentunya pihak kerajaan Malaysia juga harus menghormati perudingan yang sedang dilaksanakan itu, Kenapa hanya bangsa kita saja yang menghormati perundingan itu ?, Kenapa hanya bangsa kita saja yang takut dan tunduk terhadap hukum international ?, sementara Malaysia terus saja mengobrak abrik wilayah kedaulatan kita. Apakah hanya kita yang terikat dengan hukum international sementara Malaysia tidak ?

Malaysia tak obahnya seperti Satpol PP yang mengobrak abrik lapak-lapak pedangang kaki lima, sementara Negara Republik Indonesia yang tercinta ini, tak obahnya seperti pedagang kaki lima yang lapaknya diobrak abrik dan dihancurkan Satpol PP. Bangsa ini hanya bisa berteriak, memaki dan protes, sementara Satpol PP tetap tak peduli. Mereka dengan kekuatan dan keperkasaanya terus saja menghancurkan lapak-lapak tempat pedagang kecil miskin mencari makan untuk anak dan keluarganya. Semua itu terjadi karena para pedagang itu lemah, bodoh dan penakut.

Merujuk kepada kehancuran dan penderitaan serta kesengsaraan yang diterima pedagang yang lapaknya telah dihancurkan oleh Satpol PP, bisa saja penghinaan dan pelecehan yang dilakukan oleh tentara kerajaan Malaysia terhadap kedaulatan bangsa ini merupakan suatu hukum karma atau jawaban Allah swt dari do’a para pedagang yang telah dianiaya oleh pemerintahnya sendiri dengan menghilangkan dan mencabut harga diri pemerintahan dan bangsa Indonesia melalui penghinaan oleh bangsa yang menjadi tetangganya sendiri. Malaysia.

Ya .. Allah. Tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar, dan berikanlah kami kekuatan untuk mengikutinya. Ya.. Allah. Tunjukkalah kepada kami bahwa yang salah itu salah, dan berikanlah kemi kekuatan untuk menghindarinya. Amin ya Rabb al ‘alamin





Mungkin Artikel Berikut Juga Anda Butuhkan...!!!



No comments:

Post a Comment