Kisah sukses Jokowi sebagai walikota Solo palsu alias sukses abal-abal?

Kisah sukses Jokowi sebagai walikota Solo palsu alias sukses abal-abal? - "Success story" itu, hanyalah bedak yang ditaburkan oleh media massa, sehingga Jokowi terkesan memiliki segala kesuksesan. Jokowi seperti manusia "ajaib", yang bakal menjadi juru selamat rakyat DKI.

Media massa yang sekuler, memang begitu getol menggotong Jokowi-Ahok, seakan sebagai tabib mujarab yang akan menyembuhkan segala penyakit di DKI.


http://www.voa-islam.com/timthumb.php?src=/photos2/linggis.jpg&h=235&w=355&zc=1


Apalagi, sesudah Jokowi membuat rekeman kampanye dan di rilis di You Tobe, seakan-akan seperti dewa dari langit, yang akan mampu membereskan seribu satu masalah di DKI, dan membuat sebagian rakyat terkesima.

Gugatan demi gugatan muncul ke publik atas sepak terjang Joko Widodo di Solo. Di mana predikat walikota terbaik dunia kepada Joko Widodo merupakan sebutan yang menyesatkan. "Selama periode Jokowi sebagai walikota, angka kemiskinan meningkat, dan masih banyak daerah kumuh di Kota Solo," ungkap Amien saat acara halal bihalal awal pekan ini.

Terkait angka kemiskinan di Kota Solo, memang jika melongok data Badan Pusat Statistik (BPS) terungkap, selama 10 tahun terakhir kepemimpinan Joko Widodo di Solo angka kemiskinan justru kian meningkat dari tahun ke tahun.

Seperti 2010 angka kemiskinan di Kota Solo mencapai 13,34 persen. Disusul berturut-turut 2006 (15,21 persen), 2007 (13,64 persen), 2008 (16,13 persen), 2009 (14,99 persen), 2010 (13,98 persen), dan 2011 (16 persen).

Ekonom Didik J Rachbini yang juga maju dalam Pemilukada DKI Jakarta putaran pertama beberapa waktu lalu juga mengungkapkan Kota Solo termasuk daerah yang berkategori miskin. "Kemiskinan di daerah tinggi sekali, Solo termasuk tinggi sekali. Jakarta kemiskinannya tinggal dua persen. Jakarta lebih baik dari Kota Solo," ungkap Didik Mei lalu.

Hal ini terkonfirmasi dengan data dari Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Solo pada 2011 ang mengungkapkan sebanyak 133 ribu jiwa (25 persen) jumlah warga miskin dari total jumlah penduduk Solo yang mencapai 530 ribu jiwa. Angka ini mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya seperti 2009 yang hanya 107 ribu jiwa, dan 2010 yang mencapai 125 ribu jiwa.

Citra sukses Joko Widodo saat memimpin Kota Solo belakangan memang ditelanjangi di publik. Dalam angka kemiskinan Kota Solo saja, publik baru mengetahui setelah ingar bingar pemilukada Jakarta.

Citra kadang memang tak sesuai dengan kenyataan. Begitu pula soal angka kemiskinan di Solo yang ternyata tak berbanding lurus dengan citra Joko Widodo.

Dengan modal dan dukungan dari media massa yang gegap gempita, mengubah Jokowi-Ahok, sebagai manusia "super", yang bakal menjadi solusi masa depan DKI. Tetapi, ternyata kisah sukses Jokowi di Solo hanyalah, pepesan kosong belaka.

Termasuk dengan adanya pencitraan yang begitu hebat media massa di Solo, Jokowi-Rudy, sebagai tokoh yang sukses. Ini tentu ada kaitannya dengan proyeksi kepemimpinan politik 2014. Menggiring Muslim di Indonesia mendukung Jokowi. ( voa-islam.com )


Blog : Selebrity
Post : Kisah sukses Jokowi sebagai walikota Solo palsu alias sukses abal-abal?



Mungkin Artikel Berikut Juga Anda Butuhkan...!!!



5 comments:

  1. justru anda ini yang sudah di provokasi....mengenai angka kemiskinan di solo....saya sendiri juga sudah mencermati, bahwa angka kemiskinan di solo yang terlihat di statistik memang mengalami peningkatan...hal ini terjadi karena pengaduan masyarakat yang sebelumnya tidak termasuk dalam golongan orang miskin (golongan hampir miskin dengan penghasilan Rp 233.740.- sd 280.488.-)akan tetapi mereka sebetulnya juga miskin....kategori miskin adalah minimal dengan penghasilan Rp 233.740.- per bulan...mereka mengadu bahwa mereka itu juga termasuk belum mampu (miskin juga) dan mengenai persamaan hak sebagai warga negara...dan sebagai pemimpin pak jokowi pun meresespon tentu saja dengan melibatkan semua aspek pemerintahan yang berwenang termasuk DPRD sebagai wakil rakyat...hasilnya adalah disepakati bahwa parameter sebagai warga miskin dirubah dari 18 parameter menjadi 24 parameter sehingga wajar saja jika angka kemiskinan menjadi naik....wajar saja kan apabila pemimpin berusaha memfasilitasi penduduknya yang benar2 miskin yang sebelumnya dipaksa sebagai warga hampir miskin yang tidak berhak mendapat bantuan hingga bisa menikmati bantuan yang sama sebagai warga miskin...itu bukan pencitraan...tapi tindakan nyata yang berusaha menolong warganya...seharusnya menjadi pertimbangan bagi pemimpin yang lain dalam mengelola warganya masing2....

    ReplyDelete
  2. sitilah kata pencitraan itu hanya ngomong doang mengenai masyarakatnya berdasarkan data...dia gak perduli ada beberapa kelompok masyarakat yang masih kesulitan memenuhi kebutuhan pokok....tapi tidak ada niat sedikitpun untuk meringankan beban mereka...itulah yang disebut korban ujicoba warga miskin....orang miskin kok di bagi bagi...dari sangat msikin....miskin sekali....miskin....hampir miskin...padahal kenyataannya kan ditulis ada miskinnya juga...kalau data bps kan hampir miskin itu dianggap tidak miskin....(apakah sudah diangap kaya)....padahal kenyataannya dimana2 apabila ada pembagian bantuan blt banyak juga lo yang senang menjadi miskin....maksudnya senang juga menadapat duit..padahal dia itu tidak termasuk gol miskin...pak jokowi kan hanya mempraktekkan hal tersebut setiap hari....bukan hanya setiap kampanye saja

    ReplyDelete
  3. ini adalah kutipan dari kepala bps

    Suryamin juga mengungkapkan, selama Maret 2011-Maret 2012, garis kemiskinan naik sebesar 6,63 persen, yaitu dari Rp 355.480 per kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp379.052 per kapita per bulan pada Maret 2012.

    “Yang harus diingat adalah Rp379.052 itu adalah hitungannya per kapita, jadi bila dalam satu rumah tangga ada empat atau lima orang, maka Rp379.052 dikalikan empat atau lima orang, sehingga bila dihitung per keluarga maka pendapatannya lebih dari Rp1 juta”, tegas Suryamin.

    sadiskan....masak ayahnya penghasilannya Rp379.052,- anaknya ada lima jadi jumah kapita 7 dan dia diangap berpenghasilan 7 x Rp379.052 = Rp. 2.653.364,- ....malah sudah termasuk wajib zakat...itukah sejatinya korban kelinci percobaan

    ReplyDelete
  4. Kalo jokowi kinerjanya buruk mana mungkin warga solo banyak yang sayang ke pak jokowi dan banyak yang mendukung jokowi saat mencalonkan gubernur di jakarta...

    Itung2an itu politik palsu, data2 itu palsu rekayasa, dalam kenyataan fakta sangat jauh, solo justru menjadi lebih baik...

    Sekarang jokowi sudah menang, mending kita doakan agar beliau bekerja dengan baik dan memberikan perubahan yang lebih baik di jakarta...

    ReplyDelete
  5. betul terus dukung jokowi

    ReplyDelete