Di Indonesia, Presiden Boleh Melanggar Undang - Undang

Di Indonesia, Presiden Boleh Melanggar Undang-Undang - Presiden berpidato bahasa Inggris di Bali, dan menganggap Amerika Serikat negerinya kedua. Padahal Amerika Serikat tega memata-matainya

Tak ada yang meragukan Presiden SBY dalam berbahasa Inggris. Itu wajar, karena sepanjang karirnya di militer, SBY setidaknya dua kali mengikuti latihan militer di Fort Benning, Georgia, Amerika Serikat, yaitu di tahun 1976 dan 1982.


SBY mengikuti sekolah staf dan komando pada 1991 di Fort Leavenworth, Kansas, yang terkenal itu. Di saat bersamaan dia menjadi mahasiswa sebuah perguruan tinggi di negeri Paman Sam itu, dan berhasil meraih gelar Master. Wajar jika SBY fasih dalam cas-cis-cus.

Begitu pun, sebagai seorang Presiden Republik Indonesia dia tak bisa seenaknya pamer kefasihan berbahasa Inggris ketika membuka Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-16 Gerakan Non Blok (GNB) di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, 25 Mei yang lalu.

Dengan berpidato dalam bahasa Inggris di forum itu, Presiden SBY telah melanggar Undang-undang nomor 24 tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lembaga negara, serta lagu kebangsaan. Soalnya fasal 28 undang-undang ini mewajibkan penggunaan bahasa Indonesia dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara, yang berlangsung di dalam negeri.


http://www.suara-islam.com/news/images/stories/sby-bohong.jpg


Memang sekali pun telah melanggar undang-undang, Presiden SBY tak bisa diberi sanksi atau hukuman karena undang-undang itu sendiri tak dilengkapi hukuman bagi para pelanggarnya. Tapi seperti dikatakan pengamat hukum internasional Hikmahanto Juwana, ‘’Presiden sebagai penyelenggara negara harus memberi teladan kepatuhan kepada hukum. Maka ia wajib menggunakan bahasa Indonesia kalau berpidato secara resmi di dalam negeri.’’

Atau dengan kata lain yang lebih jelas: Presiden sebagai pimpinan negara semestinya menjadi teladan bagi seluruh rakyat. Sehingga, kalau Presiden suka melanggar undang-undang dan peraturan maka rakyat akan melakukan hal sama. Malah boleh jadi rakyat akan melakukan pelanggaran dengan cara yang berlebihan. Seperti dikatakan sebuah pepatah: guru kencing berdiri, murid akan kencing berlari.

Soal kencing berdiri dalam berbahasa Indonesia, Presiden SBY memang rada keterlaluan. Dia terhitung pejabat atau tokoh yang paling suka menyelipkan kata-kata Inggris ketika berbicara dalam bahasa Indonesia. Padahal kata Inggris itu gampang dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.

Perilaku Presiden SBY itu, di mata Dedi S.Gumelar, anggota DPR dari Komisi X, menunjukkan sikap kurang percaya diri. Dedi alias Miing, pelawak yang dulu terkenal itu, selalu berusaha berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Penggunaan kata atau istilah asing memang menurutnya bukan barang haram, kalau memang kata itu belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

Tapi banyak orang yang suka menyelipkan kata-kata asing ketika berbicara sehari-hari untuk menunjukkan dia pandai berbahasa Inggris atau setidaknya menguasai bahan bacaan asing, atau dia seorang intelektual. Padahal sudah hampir pasti tak ada hubungan intelektualitas seseorang dengan kesukaan menyelibkan kata-kata Inggris ketika berbicara.

Fenomena ini jelas sangat merusak dan menghancurkan perkembangan bahasa Indonesia. Kondiri ini tentu akan bertambah runyam ketika yang mempelopori perusakan bahasa Indonesia itu justru seorang Kepala Negara yang mestinya menjadi panutan masyarakat.

MY SECOND COUNTRY


Sejak lama SBY dikenal sebagai seorang yang akrab dengan budaya Barat, antara lain, mungkin karena pendidikan yang ditempuhnya di Amerika Serikat. Sebagai Presiden Indonesia, dia diketahui berteman akrab dengan George Bush, Presiden Amerika Serikat yang digantikan Obama. Bush sampai dua kali berkunjung ke Indonesia untuk bertemu SBY. Padahal Bush pula yang memerintahkan penyerbuan dan penjajahan Afghanistan dan Iraq yang menyebabkan jutaan ummat Islam di kedua negara menjadi korban.

Sebagai bukti betapa dekat hubungan Bush dengan SBY, lihatlah ketika Presiden SBY mengunjungi Amerika Serikat di tahun 2005, atau sekitar setahun setelah untuk pertama kali ia terpilih sebagai Presiden Indonesia. Ketika itu, 27 Mei 2005, SBY, Nyonya Ani Yudhoyono, beserta kedua putranya, Agus Harymurti dan Eddie Bhaskoro alias Ibas, diundang ke Gedung Putih guna menghadiri sebuah upacara.

Presiden Bush memperkenalkan SBY dan keluarganya kepada hadirin. Ternyata Bush bukan hanya mengenal SBY atau istrinya, tapi juga anak-anaknya. Bahkan Bush ingat tanggal pernikahan Agus yang pada waktu itu segera akan dilaksanakan.

Dan SBY sendiri mengaku sebagai seorang yang mencintai Amerika Serikat. Dalam suatu kunjungannya ke Amerika Serikat sebagai Menko Polkam di zaman Presiden Megawati Soekarnoputri, SBY sempat mengeluarkan kata-kata sebagai berikut: ‘’I Love the United States with all its faults. I consider it my second country’’ (terjemahan bebas: Saya cinta Amerika Serikat dengan segala kesalahannya. Saya menganggapnya sebagai negara kedua. Catatan: Lihat International Herald Tribune, 8 Agustus 2003).

ISU KORUPSI DAN TOMY WINATA


Ternyata sekali pun Presiden SBY berteman dekat dengan Presiden Bush, dan dia akrab dengan budaya Amerika Serikat, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta toh tetap memata-matai gerak-gerik Presiden SBY dan keluarganya. Itu diketahui setelah Maret lalu, Indonesia dihebohkan oleh bocornya laporan Kedubes Amerika Serikat di Jakarta, kepada dua koran Australia, The Age dan Sydney Morning Herald.

Kedua koran memperoleh laporan rahasia itu dari situs pembocor Wikileaks. Tampaknya Wikileaks sengaja memberikan bocoran ke kedua koran itu agar kehebohan yang disebabkan pemberitaan dokumen itu merebak ke Indonesia karena jarak Indonesia dan Australia yang dekat.

Kedua koran itu antara lain mengungkap hubungan dekat Presiden SBY dengan para pengusaha keturunan China, terutama Tomy Winata yang disebut-sebut sebagai anggota dari the Gang of Nine atau Nine Dragons (Geng Sembilan atau Sembilan Naga).

Di tahun 2006, Agung Laksono (kini Menko Kesra) melapor ke Kedubes Amerika Serikat bahwa T.B.Silalahi (pensiunan jenderal dan bekas Menpan) berperan sebagai perantara untuk membawa dana dari Tomy Winata kepada SBY. Digunakannya perantara di sini, menurut laporan itu, guna melindungi Presiden dari berbagai risiko bila ia berhubungan langsung dengan Tomy Winata.

Untuk keperluan yang sama, Tomy Winata menggunakan pengusaha Muhammad Lutfi. Lutfi yang dulu diangkat Presiden SBY sebagai Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kini menjabat Duta Besar Indonesia untuk Jepang. Selain itu, Tomy Winata menggunakan pembantu senior Presiden dalam berhubungan dengan Kristiani Herawati alias Ibu Ani Yudhoyono.

Pendek kata dokumen yang dibocorkan Wikileaks itu betul-betul memperlihatkan betapa culasnya Kedubes Amerika di Jakarta. Mereka berhubungan dekat dengan Presiden SBY, sementara itu mereka memata-matai semua gerak-gerik Presiden berikut istri (mereka laporkan berbagai bisnis Nyonya Presiden ini) dan lingkungannya.

Mereka bongkar bagaimana SBY menggunakan BIN (Badan Inteleijen Negara) guna memata-matai para lawan politiknya. Yang paling celaka lagi, Kedubes Amerika Serikat itu menggunakan orang-orang dekat Presiden SBY seperti T.B.Silahari dan Agung Leksono, untuk memata-matai Presiden SBY dan keluarganya. Wajar saja mereka tahu secara akurat apa yang terjadi pada Presiden SBY dan lingkungannya. Yang celaka, tentu saja Indonesia. ( suara-islam.com )




Mungkin Artikel Berikut Juga Anda Butuhkan...!!!



No comments:

Post a Comment