Sebelumnya, badan intelijen Korea Selatan, National Intelligence Service, telah keras membantah tudingan keterlibatan agen mereka dalam insiden ini.
Kantor berita Yonhap, Senin, 21 Februari 2011, memaparkan ada tiga kejanggalan yang menunjukkan pencurian itu sulit dipercaya dilakukan seorang mata-mata profesional.
Tentara Korea Selatan (AP Photo/Yonhap, Kim hyun-tae)
Pertama, agen intelijen pasti tahu bahwa informasi rahasia suatu negara tidak akan mungkin dibawa dalam sebuah laptop. Menurut Yonhap, ada sebuah kebiasaan di kalangan intelijen bahwa dokumen rahasia cenderung disimpan di flash disk khusus, bukan di hard-drive laptop.
Kedua, seorang mata-mata pasti tahu bahwa staf delegasi Indonesia tersebut tidak membawa informasi yang berharga apalagi rahasia. Ini karena staf tersebut hanya menempati sebuah kamar biasa di lantai 19, tanpa penjagaan, dan terbuka bagi siapa saja yang menyewa. Semua pengunjung hotel juga bebas lalu-lalang di lantai ini. Jika staf itu menyimpan rahasia negara, mereka pasti ditempatkan di sebuah kamar hotel dengan penjagaan ketat, dan kamarnya pun mestinya hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu.
Terakhir, ketiga pencuri itu beroperasi secara berbarengan. Ini metoda yang tak biasa dilakukan oleh agen intelijen. Dengan berjalan bersama-sama, mereka jadi mudah terdeteksi. Yonhap juga menyebutkan, sangatlah ganjil bahwa tidak satupun dari ketiga orang itu yang berjaga di luar pintu kamar. Semua merangsek masuk ke dalam kamar staf delegasi RI itu. Hal ini, ditulis Yonhap, adalah kesalahan sangat mendasar yang hampir tidak mungkin dilakukan seorang agen intelijen. ( vivanews.com )
No comments:
Post a Comment