Tari Saman Didaftarkan Sebagai Tari Dunia - Pemerintah Aceh telah mendaftarkan tari Saman sebagai tari dunia ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak setahun lalu. Saat ini proses pendaftaran tari yang mendapat nomor seri 00001 tersebut hanya tinggal menunggu surat penetapan saja dari Unesco, badan resmi PBB untuk urusan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Jika sudah mendapatkan ketetapan, maka Saman akan menjadi satu-satunya tari daerah di Indonesia yang memperoleh pengabsahan (legalitas) dari PBB sebagai tari rakyat yang menjadi milik sekaligus warisan dunia. Hal ini diinformasikan Wakil Gubernur (Wagub) Aceh, Muhammad Nazar saat menyambut rombongan Tim Lembaga Seni Qasidah Indonesia (Lasqi) Aceh yang berhasil menyabet juara III Festival Tari Rakyat Internasional di Yalova, Turki, Senin (9/8).
“Mudah-mudahan semuanya bisa dibuktikan secara ilmiah dan tidak ada hal yang kurang, karena setiap hak milik intelektual yang didaftarkan akan diuji. Secara lokal dan nasional tari Saman sudah lulus ‘ujian’. Mudah-mudahan surat penetapan dari PBB untuk tari Saman disahkan menjadi tari rakyat yang mendunia bisa segera diperoleh Pemerintah Aceh. Untuk Indonesia, Aceh yang pertama mendaftarkan tari rakyatnya ke PBB, Bali saja belum melakukan langkah perlindungan sekaligus promosi kebudayaan ini,” kata Nazar.
Selain langkah maju tersebut, Pemerintah Aceh juga akan menjadi tuan rumah tahun depan untuk pelaksanaan Festival Tari Rakyat Dunia seperti yang dilaksanakan tahun ini di Turki. “Jika DPRA mendukung, Pemerintah Aceh akan menjadi tuan rumah untuk menggelar International Folkdance Festival. Hal ini bisa dijadikan ajang promosi Aceh secara besar-besaran ke dunia internasional. Momentum kebudayaan dunia ini akan dikemas dengan baik secara serius dan akan kita undang menteri terkait untuk membuka acara tersebut,” kata Nazar seusai menerima berbagai penghargaan yang diperoleh Tim Lasqi Aceh di Turki.
Trofi, plakat, dan penghargaan diserahkan Ketua Umum Tim Lasqi Aceh, Dewi Meuthia kepada Pemerintah Aceh yang diterima Wagub Muhammad Nazar. Nazar mengatakan keberhasilan Tim Lasqi Aceh menyabet juara III pada Festival Tari Rakyat Sedunia ini merupakan sebuah prestasi yang sangat membanggakan. Festival tari rakyat internasional ini diikuti 13 negara, dan Rusia kembali meraih juara umum untuk yang kedepalan kalinya, disusul Cyprus di tempat kedua.
“Walaupun Aceh baru pertama kali ikut festival ini, namun Tim Lasqi Aceh berhasil membuktikan kepada dunia bahwa Aceh mampu bersaing dengan negara lain yang sudah dikenal memang hebat tariannya. Rasanya tidak sia-sia dana yang dikeluarkan APBA untuk mendanai keberangkatan Tim Lasqi Aceh ini ke Turki,” ujar Nazar.
Ketua Umum Tim Lasqi Aceh, Dewi Meuthia yang tak lain istri Wagub Nazar menambahkan, selain mengikuti festival dan memperkenalkan seni budaya Aceh kepada dunia luar, Tim Lasqi juga membawa banyak dokumen tertulis berisi informasi budaya dan promosi wisata Aceh berbentuk VCD. “Paling tidak ke-13 negara yang ikut festival sudah memiliki VCD tersebut dan mendapat informasi tentang Aceh,” imbuh Dewi.
Drs Aidi Kamal, Sekretaris Lasqi Aceh yang juga Kassubag Pembinaan Kebudayaan dan Adat Istiadat Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat Aceh menyebutkan setiap penampilan penari Aceh selalu disambut hangat masyarakat Turki. “Hadiah bunga, boneka, dan bingkisan lainnya sebagai wujud apresiasi penonton terus mengalir saat peserta Aceh menarikan berbagai tarian Aceh di sana sejak 23-28 Juli 2010. Untuk tari yang diikutkan lomba bernama tarian Geunta yang memperlihatkan sisi heroisme Aceh melalui gerak tubuh yang dinamis dan lincah. Para penari terdiri dari mahasiswa IAIN Ar-Raniry, keseluruhan tim berjumlah 44 orang.
Festival ini, antara lain, diikuti Indonesia, Rusia, Cyprus, Macedonia, Korea Selatan, Bulgaria, Bosnia Herzegovina, Montenegro, Macedonia, Italia, Sierra Leona, dan Yakutista. Festival tersebut berlangsung tiap tahun dan sudah berjalan 24 kali. “Ini kali pertama Aceh ikut dan alhamdulillah langsung berhasil meraih juara III,” pungkas Aidi Kamal. ( serambinews.com )
Jika sudah mendapatkan ketetapan, maka Saman akan menjadi satu-satunya tari daerah di Indonesia yang memperoleh pengabsahan (legalitas) dari PBB sebagai tari rakyat yang menjadi milik sekaligus warisan dunia. Hal ini diinformasikan Wakil Gubernur (Wagub) Aceh, Muhammad Nazar saat menyambut rombongan Tim Lembaga Seni Qasidah Indonesia (Lasqi) Aceh yang berhasil menyabet juara III Festival Tari Rakyat Internasional di Yalova, Turki, Senin (9/8).
“Mudah-mudahan semuanya bisa dibuktikan secara ilmiah dan tidak ada hal yang kurang, karena setiap hak milik intelektual yang didaftarkan akan diuji. Secara lokal dan nasional tari Saman sudah lulus ‘ujian’. Mudah-mudahan surat penetapan dari PBB untuk tari Saman disahkan menjadi tari rakyat yang mendunia bisa segera diperoleh Pemerintah Aceh. Untuk Indonesia, Aceh yang pertama mendaftarkan tari rakyatnya ke PBB, Bali saja belum melakukan langkah perlindungan sekaligus promosi kebudayaan ini,” kata Nazar.
Selain langkah maju tersebut, Pemerintah Aceh juga akan menjadi tuan rumah tahun depan untuk pelaksanaan Festival Tari Rakyat Dunia seperti yang dilaksanakan tahun ini di Turki. “Jika DPRA mendukung, Pemerintah Aceh akan menjadi tuan rumah untuk menggelar International Folkdance Festival. Hal ini bisa dijadikan ajang promosi Aceh secara besar-besaran ke dunia internasional. Momentum kebudayaan dunia ini akan dikemas dengan baik secara serius dan akan kita undang menteri terkait untuk membuka acara tersebut,” kata Nazar seusai menerima berbagai penghargaan yang diperoleh Tim Lasqi Aceh di Turki.
Trofi, plakat, dan penghargaan diserahkan Ketua Umum Tim Lasqi Aceh, Dewi Meuthia kepada Pemerintah Aceh yang diterima Wagub Muhammad Nazar. Nazar mengatakan keberhasilan Tim Lasqi Aceh menyabet juara III pada Festival Tari Rakyat Sedunia ini merupakan sebuah prestasi yang sangat membanggakan. Festival tari rakyat internasional ini diikuti 13 negara, dan Rusia kembali meraih juara umum untuk yang kedepalan kalinya, disusul Cyprus di tempat kedua.
“Walaupun Aceh baru pertama kali ikut festival ini, namun Tim Lasqi Aceh berhasil membuktikan kepada dunia bahwa Aceh mampu bersaing dengan negara lain yang sudah dikenal memang hebat tariannya. Rasanya tidak sia-sia dana yang dikeluarkan APBA untuk mendanai keberangkatan Tim Lasqi Aceh ini ke Turki,” ujar Nazar.
Ketua Umum Tim Lasqi Aceh, Dewi Meuthia yang tak lain istri Wagub Nazar menambahkan, selain mengikuti festival dan memperkenalkan seni budaya Aceh kepada dunia luar, Tim Lasqi juga membawa banyak dokumen tertulis berisi informasi budaya dan promosi wisata Aceh berbentuk VCD. “Paling tidak ke-13 negara yang ikut festival sudah memiliki VCD tersebut dan mendapat informasi tentang Aceh,” imbuh Dewi.
Drs Aidi Kamal, Sekretaris Lasqi Aceh yang juga Kassubag Pembinaan Kebudayaan dan Adat Istiadat Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat Aceh menyebutkan setiap penampilan penari Aceh selalu disambut hangat masyarakat Turki. “Hadiah bunga, boneka, dan bingkisan lainnya sebagai wujud apresiasi penonton terus mengalir saat peserta Aceh menarikan berbagai tarian Aceh di sana sejak 23-28 Juli 2010. Untuk tari yang diikutkan lomba bernama tarian Geunta yang memperlihatkan sisi heroisme Aceh melalui gerak tubuh yang dinamis dan lincah. Para penari terdiri dari mahasiswa IAIN Ar-Raniry, keseluruhan tim berjumlah 44 orang.
Festival ini, antara lain, diikuti Indonesia, Rusia, Cyprus, Macedonia, Korea Selatan, Bulgaria, Bosnia Herzegovina, Montenegro, Macedonia, Italia, Sierra Leona, dan Yakutista. Festival tersebut berlangsung tiap tahun dan sudah berjalan 24 kali. “Ini kali pertama Aceh ikut dan alhamdulillah langsung berhasil meraih juara III,” pungkas Aidi Kamal. ( serambinews.com )
No comments:
Post a Comment