Sebagai pohon perindang, trembesi memang sangat anggun. Batangnya besar dengan cabang dan ranting-ranting yang melebar sampai belasan meter. Daunnya memang mudah rontok di musim kemarau, tetapi dalam waktu singkat akan bersemi lagi. Buahnya hanya kecil-kecil dan relatif ringan, sehingga kalau menjatuhi orang, anak-anak, kaca kendaraan atau genteng tidak menyebabkan kerusakan berat.
Akan tetapi, yang namanya makhluk hidup, tentu saja ada batas usianya. Ada kelemahannya jika usianya makin tua.
Setidaknya itulah yang diperhatikan oleh Presiden Suilo Bambang Yudhoyono. Dahan dan rantingnya yang panjang-panjang itu makin lama makin lemah tak kuat menahan beban ranting dan daun-daunnya. Makin lama, dahan yang tadinya kokoh lurus mendatar atau mendongak ke atas itu makin merunduk hingga nyaris menyentuh tanah.
Presiden pun lantas menyiapkan sejumlah pohon trembesi pengganti untuk meneduhi kompleks Istana. Hari ini (Kamis, 8/7/2010), Presiden didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono serta Wakil Presiden Boediono menanam tiga batang pohon trembesi muda. Usianya baru lima tahun.
Sejalan dengan itu, dahan-dahan dan ranting trembesi tua yang yang menjuntai hingga menyentuh tanah akan dipangkas. Tapi apa yang terjadi? Saat semua menteri peserta sidang kabinet paripurna, puluhan wartawan, dan staf Istana menantikan pemangkasan dahan sesuai perintah Presiden, terjadilah peristiwa yang agak mengherankan, dan mungkin berbau klenik.
Apa itu? Ternyata, mesin gergaji pemotong atau chain saw yang dioperasikan oleh staf Rumah Tangga Kepresidenan berkali-kali mati. Presiden pun akhirnya memerintahkan agar pemotongan dahan trembesi itu dibatalkan. "Sudah, sudah. Nanti saja, mungkin ada yang 'menjaga'," ujar Presiden sambil terkekeh.
Maka, pemotongan itu pun akhirnya dihentikan. Dahan-dahan trembesi yang kian lebat dan merunduk itu pun tak jadi dipotong, dan tetap menghiasi pekarangan Istana bersama tiga trembesi muda yang ditanam di tiga sudut Istana.... ( kompas.com )
No comments:
Post a Comment